6. debat

555 103 21
                                    

"Oh? Hello Chaeryeong! Nice to see you again!"

Sapaan Jungwoo membuat Chaeryeong kikuk. Tidak pernah ada dibayangan si gadis bahwa ia akan bertemu dengan mas mantan dengan keadaan seperti ini. Walaupun rasa di antara keduanya sudah lama hilang, tapi tetap saja rasanya canggung saat bertemu dengan orang di masa lalu setelah tidak bertemu selama 3 tahun.

"Kamu kenal yang sama dek Chaeryeong ini?" tanya si klien bernama Soojin.

"Kenal yang. Kamu inget ga mantan aku yang waktu itu aku bilang anak sma? Nih orangnya," balas Jungwoo.

"Ah yang dulu bikin kamu uring-uringan itu pas jaman kita masih sahabatan? Wah sempitnya dunia!" ucap Soojin.

Haechan hanya menjadi pendengar di samping Chaeryeong. Baru tahu kalau Chaeryeong pernah punya pacar dan itu merupakan pria di hadapan keduanya. Netranya melirik sekilas ke arah Chaeryeong, dan bersyukur saat tidak menemukan raut sedih yang menandakan gadis itu sudah tidak lagi memiliki perasaan pada si pria. Yang Haechan temukan hanyalah ekspresi canggung karena lama tidak bertemu.

Tapi Haechan bukan cenayang, ia tidak tahu pasti apakah Chaeryeong menyembunyikan ekspresinya atau memang itu ekspresi asli dari apa yang gadis itu rasakan saat ini.

"Eh iya sampai lupa. Saya Soojin yang minta konsul lewat dek Chaeryeong. Terus ini calon suami saya Jungwoo," Soojin memperkenalkan diri.

"Oke, jadi mbak Soojin sama mas Jungwoo ini mau konsul tentang apa? Saya lihat kayaknya kalian mesra saja, seperti tidak ada masalah," Haechan membuka percakapan setelah si klien Soojin dan juga Jungwoo duduk.

Chaeryeong memutuskan fokus sebagai notulen dari konseling hari ini. Jadi sebenernya kenapa Chaeryeong diajak ikut ya buat nulis poin-poin penting yang terjadi selama konsul. Terus poin-poin tersebut bisa dijadikan acuan sama Haechan untuk memberi saran ke klien.

Bukannya lupaan, cuma di otak Haechan tuh lagi banyak beban. Mulai dari publikasi paper tahunan lah. Terus ngurusin dana buat masing-masing kelompok di kelas studio yang akan berangkat pada minggu ke empat perkuliahan which is minggu depan, dan Haechan pegang 2 kelas studio yaitu Perancangan Kota dan Perencanaan Wilayah Pedesaan. Belum lagi departemen mereka lagi ngurusin akreditasi, makin-makin lah otak Haechan.

Makanya dia ajak Chaeryeong buat jadi notulen. Walaupun cuma sekadar hobi dan sifatnya tidak berbayar alias gratis, Haechan tetap harus maksimal dong memberi saran terbaik ke klien. Apalagi jasa konselingnya tidak lagi hanya sekadar ketika ada pertemuan dengan teman-temannya yang lalu ketambahan dengan teman dari teman-temannya.

Keberadaan Chaeryeong sangat dibutuhkan saat ini.

"Masalahnya bukan di kami sih, tapi lebih ke orang tua kami berdua. Terutama untuk bunda saya dan mamanya Jungwoo. Jadi kami kan akan nikah dalam hitungan 5 bulan. Ya persiapan makin banyak kan ya mas Haechan,"

"Lalu masalahnya dimana?"

"Nah bunda sama mama ini sering banget berantem masalah dekor atau apapun yang berkaitan sama persiapan nikahan. Terus kita akhirnya ikutan berantem juga belain ibu masing-masing. Kira-kira gimana ya mas Haechan biar kami bisa obyektif saat keduanya cekcok gitu? Biar kita juga ga ikutan berantem," lanjut Soojin.

"Calon istri saya ini takut mas Haechan kalau kita keseringan berantem, pas nikahan malah hatred aja yang kita rasain. Masa iya kita nikah dengan perasaan ga nyaman kayak gitu," sahut Jungwoo.

Semua curahan hati Soojin dan Jungwoo, Chaeryeong ketik dengan rapi pada aplikasi Notes. Notulen itu nantinya akan dikirim ke Haechan dan juga pada klien setelah gadis itu rapikan.

"Hmm begitu. Kalau boleh tahu mbak Soojin sama mas Jungwoo ini beda suku kah? Maksud saya bukan rasis, tapi biasanya kalau beda suku kan adat nikahan gitu-gitu beda kan ya," ucap Haechan.

love counselor | chaerchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang