"Kak Echan, pesan lagi dong tteokbokki-nya! Kurang ini mah!" seru Chaeryeong yang sibuk mengunyah kue beras berbumbu merah tersebut.
Haechan jadi bingung. Tadi lesu, terus nangis, sekarang malah ceria banget sampai minta tambah. Ya Haechan sih santai aja, dia pesanin lagi satu porsi ke pelayan.
Yang bikin Haechan bingung tuh gelagatnya Chaeryeong. Ini anaknya sebenarnya kenapa deh? Mana Haechan juga belum dapat jawaban tentang perasaan Chaeryeong tuh seperti apa.
Kalau kalian tanya apakah Haechan cinta pada Chaeryeong, pria itu bisa dengan yakin menjawab kalau ia belum mencintai Chaeryeong.
Tapi Haechan tidak akan berbohong kalau ia memiliki ketertarikan pada Chaeryeong. Sejak Chaeryeong terlahir ke dunia, gadis cilik itu sudah terlihat cantik di mata Haechan. Padahal waktu itu ukuran tubuh Chaeryeong masih kecil, sangat berbeda dengan tubuh Haechan yang sudah berusia tujuh tahun saat Chaeryeong lahir.
Haechan ada di sana, menyaksikan bagaimana Chaeryeong tumbuh. Mulai dari Chaeryeong yang hanya bisa menangis meminta ASI, kemudian merangkak, berjalan, berlari, sampai berbicara dengan lancar, semua tak pernah terlewatkan oleh Haechan hingga ia pindah ke Singapura.
Wajar kalau Haechan sayang sama Chaeryeong, walaupun sesungguhnya ia sendiri tidak tahu rasa sayang apa yang ia miliki pada gadis berusia dua puluh tahun tersebut.
Haechan jelas mengeliminasi rasa sayang kakak pada adiknya, karena ia tidak pernah merasa Chaeryeong adalah adik kecil yang harus ia jaga. Di mata Haechan, 'Icha' adalah gadis yang tidak pernah bosan untuk Haechan lirik.
Mau dibilang cinta juga tidak sejauh itu. Tapi sekarang Haechan malah ketar-ketir saat kedatangan Jungwoo tadi. Haechan enggak suka saat otaknya membayangkan apabila Chaeryeong masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya yang akan segera menikah itu.
"Kak Echan, abis ini beliin Burger King di bawah mau ga?" Pertanyaan Chaeryeong mengembalikan Haechan dari lamunannya.
Matanya membulat saat menemukan piring tteokbokki yang mereka pesan kedua kali sudah kosong. Isinya ludes tak bersisa satu potong pun. Sudah begitu Chaeryeong masih minta dibelikan burger?
Ada yang tidak beres disini.
"Heh, coba sini lihat kak Echan!"
Haechan meraih dagu Chaeryeong lembut, membuat gadis itu menatapnya. Mulut penuh bumbu merah gochuskalu Chaeryeong menyerucut akibat tekanan tangan Haechan pada dagunya.
"Icha kenapa sih? Tadi lesu, terus nangis, terus tiba-tiba ceria ga jelas gini? Kamu kenapa sebenarnya?" tanya Haechan merubah gaya berbicaranya.
"Hmm lephwasin duluh!"
"Bentar dulu. Ini makan gimana sih sampai belepotan gini?" omel Haechan yang dengan sigap mengambil tissue dan membantu membersihkan bekas bumbu di sekeliling bibir Chaeryeong.
Haechan pun tersadar, Chaeryeong bukan lagi anak kecil usia lima tahun yang suka morotin dia buat beli es wawan atau permen kaki lagi. Gadis itu berusia dua puluh tahun kini, sudah jadi mahasiswi.
Kalau dulu saat Chaeryeong makan belepotan Haechan hanya akan merasa gemas dan ingin mencubit, kini berbeda. Haechan seakan tidak rela Chaeryeong menjadi dewasa.
Bagaimana kalau dalam waktu dekat Chaeryeong menemukan jodohnya? Bagaimana kalau bukan Haechan jodohnya? Haechan enggak bisa bayangin gimana hidup dia tanpa Chaeryeong.
Waktu ninggalin Chaeryeong dulu aja Haechan sampai setahun lebih nangisin Chaeryeong setiap minggu. Kangen sama gadis cilik yang selalu mengisi harinya yang kadang tidak menyenangkan. Gimana nanti kalau mereka akhirnya tidak berjodoh?
KAMU SEDANG MEMBACA
love counselor | chaerchan ✔
FanficKaleisha Chaeryeong mengira saat memasuki perguruan tinggi, dirinya akan terbebas dari pengajar aneh yang disebut guru seperti di SMA. Tapi prediksinya meleset, di kampus barunya ia kembali harus menghadapi pengajar aneh yang disebut dosen. Bukan do...