15. progress

475 78 5
                                    

Setelah makan malam bersama keluarga Chaeryeong kala itu, hari-hari Chaeryeong dan Haechan berjalan seperti biasanya. Biasa di sini tuh ya biasa, kayak dosen ke mahasiswa, kayak atasan ke bawahan.

Ya sesekali Haechan suka aja godain 'Icha'-nya lewat pesan singkat atau saat gadis itu mengevaluasi urusan konseling cinta di setiap Senin pagi.

Selebihnya tidak ada yang istimewa.

Sesuai permintaan Chaeryeong, Haechan benar-benar menjaga sikapnya saat berada di sekitar Chaeryeong. Tidak memperlihatkan dirinya yang memang akrab dengan si gadis, yang membuat teman-teman Chaeryeong yakin kalau profesionalitas adalah nama depan Haechan. Bahkan ada waktu di mana Haechan tak segan memarahi Chaeryeong.

Seperti saat Chaeryeong hampir saja melakukan kesalahan fatal dalam pembuatan maket skala 1:1000 berdasarkan hasil survei di mata kuliahnya pada minggu perkuliahan ke-12 ini. Haechan memarahi gadis itu, namun bukan yang sekedar marah tanpa penjelasan. Pria itu justru dengan sabar menjelaskan di mana letak kesalahan Chaeryeong, dan memberikan saran serta solusi apabila gadis itu kembali menghadapi problem yang sama.

Itu yang teman-teman Chaeryeong maksud sebagai profesional. Walaupun pria itu berteman baik dengan Chaeryeong, tidak ada pengistimewaan kepada si gadis jika sudah menyangkut urusan perkuliahan.

Chaeryeong seharusnya memaklumi hal itu. Namun entah karena ia sedang tidak semangat dan kram akibat menstruasi tengah melanda, Chaeryeong justru menangis setelah Haechan keluar kelas karena jam mengajar sudah selesai.

Ryujin dan Denise yang duduk paling dekat sama Chaeryeong jelas kaget. "Loh Chaer? Kok nangis sih!!!"

Pekikan Ryujin dan Denise menarik atensi anggota kelompok yang lain. Chenle jadi orang pertama yang bergerak mendekat.

"Chaer, lo ga papa?" tanya Chenle dengan nada khawatir.

"Hiks, eng...enggak papa kok. Cuma bete aja dimarahin pak Haechan. Padahal kan hampir, ga sampai salah beneran," keluh Chaeryeong ditengah tangisnya.

"Lo lagi waktunya? Kok dimarahin gitu aja sensi sih Chaer?" tanya Herin iseng.

"Ah iya. Lagi hari pertama. Mungkin efek itu kali ya," balas Chaeryeong yang sudah kembali tenang.

"Mau dianterin pulang ga Chaer? Mumpung abis ini ga ada kelas," tawar Chenle.

"Iya Chaer. Daripada lo kenapa-napa di jalan kan. Lo bawa mobil kah hari ini?" sahut Yuri.

"Hmm mau aja sih, cuma gue ada asistensi sama pak Doyoung abis ini. Gue bisalah naik taksi sendiri, santai aja. Lagian udah biasa kok, paling diminumin Imboost ilang entar sakitnya," tolak Chaeryeong pelan.

"Beneran?" tanya Chenle memastikan.

"Beneran Le, gue ga papa. Ya udah, gue cabut dulu ya ke pak Doyoung. Keburu ngomel entar doi. Maaf ya gue ga bantu buat ngangkat maketnya ke belakang kelas."

Chaeryeong merapikan barang-barangnya, lalu bergegas menuju ruangan Doyoung, dosen untuk mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan. Ada tugas individu yang harus dikumpulkan pada minggu ke-16 yang merupakan minggu akhir perkuliahan, dan Chaeryeon berniat untuk menunjukkan hasil analisis yang ia lakukan pada Doyoung sebelum ia lanjutkan ke kesimpulan.

"Jadi kamu survei-nya gimana?"

"Saya sebar kuisioner melalui Google Forms sih pak. Saya fokuskan audensi-nya ke anak SMA dan SMP. Ya sangat tanya apa sih yang menjadi pertimbangan mereka memilih lokasi bimbel. Dari total 50 orang yang mengisi kuisioner, rata-rata menjawab karena lokasi dekat dengan sekolah mereka. Jadi sesuai sama literatur yang saya ulas di bab dua."

love counselor | chaerchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang