6|Pintu keluar

88 29 11
                                    

Attention*Jangan lewatkan satu bab pun!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!

Yaya, Dua dan Kobi terlihat sibuk melihat-lihat benda-benda yang terletak dan tersusun rapi di dalam ruangan ini, entah dari kapan barang-barang eletronik dan barang lainya sudah berada disini ketiganya tidak terlalu peduli meski ruangan ini sangat menarik karena sudah seperti apartemen saja namun tidak ada toilet di dalam sini.

"Tar, Itu." Altar menoleh dan Kobi menunjuk dengan aneh ke sebuah kulkas yang tingginya setengah dari tempat tinggi badan Kobi, kulkas tersebut menyala dan ketika dibuka pun hawa dingin langsung menghampiri juga lampu terlihat terang karena listrik yang mengaliri ke dalamnya. "Kulkas lo listriknya pake apa?"

"Oh, Kulkas, listriknya dapat dari mana?" Tanya Altar memastikan apa yang ditanya oleh Kobi kepadanya.

Kobi berpikir sebentar menggaruk puncak kepalanya lalu memilih mengangguk saja, kemudian Altar berjalan mendekat untuk mencabut colokkan yang ada di belakang kulkas tersebut lantas langsung diangkatnya kabel yang tadi sudah tersambung dan diarahkan cepat ke wajah Kobi.

"Eh, lo mau ngapain, jir!" Kobi menepis dengan tangan kirinya sementara ekspresinya seperti sehabis melihat hantu. "Kesentrum, bangsat."

Altar berwajah datar juga kejam. "Gue mau coba colok ke hidung lo. Mau lihat engga lo!" Lalu yang terjadi malah Kobi yang cengengesan. "Lo yang bangsat, ngomong-ngomong."

"Iya, iya, gue bodoh ya." Balas Kobi singkat dan kembali berkeliling di ruangan ini, Altar pun kembali mencolokkan kabel dari kulkas tersebut ke tempat sebelumnya, mesin dari kulkas kembali berjalan.

Sementara dari sisi ujung di dekat lemari, Yaya dan Dua hanya bisa menganga tidak percaya dengan kelakuan Kobi yang 'ga jelas banget' 'receh gila'.

"Hmm." Dua pura-pura batuk untuk menarik perhatian dari Yaya. "Nama lo Yaya, kan?" Dua mendekat ke tempat dimana Yaya sekarang bersandar. "Gue Dua, anak Ipa."

Yaya tersenyum kaku entah ingin membalas apa, tetapi dirinya tetap mengangguk dan menerima uluran tangan Dua. "Iya. Oke." Balas Yaya.

Dua diam-diam tertawa dalam hati karena bahasa kaku dari Yaya.

Altar yang sudah duduk dari tadi segera berdiri kembali, menyuruh Kobi untuk segera berdiri dan berkumpul di tempat Yaya dan Dua kini sedang berdiri diam.

"Gue mau kalian semua berjanji, karena ini bakal menjadi rahasia kita berempat untuk selama-lamanya." Altar bergantian menatap serius ketiganya, begitu juga dengan Kobi, Dua, dan Yaya membalas tatapan serius Altar.

Altar setengah tersenyum karena semua mengangguk mantap mendengar apa yang ia katakan barusan. "Tapi, untuk menjaga semuanya, gue harap kita bisa jadi sahabat."

Kobi yang mendengar itu langsung membuat ekspresi bahagia juga terkejut, sementara Dua hanya tersenyum kecil melihat Kobi yang sepertinya sangat bahagia.

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang