24|Yaya jangan sedih

21 6 2
                                    

Attention*Jangan lewatkan satu bab pun!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!

Cuaca di pagi hari benar-benar sejuk, ketika kaca jendela dibuka juga tirai telah ditarik membuat hembusan angin masuk ke dalam kamar.

Matahari menyapa dengan terangnya sinar kepada semua mahkluk-mahkluk hidup di bumi.

"Yaya!" Ketukan dari pintu kamarnya, membuat ia menoleh dan tersenyum segera membuka pintu.

"Pagi kak!" Yaya memeluk hangat kakak kandung dan satu-satunya yang ia punya itu tampak masih menggunakan baju tidur. "Nyenyak tidurnya?"

Jeje yang melihat wajah Yaya begitu manis itupun mengangguk.

"Kamu gimana?" Jeje sudah melepaskan pelukannya.

Yaya mengangguk. "Lumayan kak, cuma lagi kepikiran sesuatu dari tadi malam!"

Keduanya sudah berjalan menuju kamar lainnya.

Jeje menaikkan alisnya sembari mengetuk pintu di depannya.

"Ujian ya?" Jeje tersenyum santai. "Tenang aja, kamu punya kakak yang iq-nya diatas professor."

Yaya tertawa kecil.

Suara pintu yang terbuka terdengar, di depan mereka berdua pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya yang masih kelihatan awet muda.

"Pagi sayang ku." Ibu dari Jeje dan Yaya melebarkan kedua tangannya sambil tersenyum hangat.

Jeje dan Yaya tidak menolak, keduanya maju dan langsung memeluk erat ibu yang mereka punya itu.

"Ma, Jeje udah siapin makanan!" Yaya yang mendengar itu agak sedikit merasa bersalah.

"Maaf, ya, kak." Yaya malu-malu.

"Eh, jangan gitu, Ya. Kakak juga tau kamu kelelahan jadinya kakak bangunin agak telat." Jeje mengusap dahi Yaya.

"Yuk, Ma, Ya." Jeje sudah memegang tangan dari adiknya dan juga ibunya. "Sarapan sama-sama."

Seperti inilah kenyataan manis yang Yaya jalani setiap harinya.

Yaya yang sudah lebih dulu berada di meja makan akhirnya mengisi satu persatu gelas yang ada di meja dengan air, sementara Jeje segera mengisi piring yang kosong dengan nasi yang sudah disediakan juga ada ibu mereka yang membantu membagikan sendok juga garpu di masing-masing piring.

Sebenarnya yang dilakukan mereka bertiga setiap harinya sudah sangat-sangat sempurna ditambah lagi diantara mereka bertiga hanya Yaya yang tidak terlalu pandai dalam urusan di dapur karena dirinya yang lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar ataupun di ruang tamu.

Kalau urusan di meja makan, Yaya nomor satu juga paling terdepan dalam menghabiskan makanan.

Lihat saja sendiri dari raut wajah Yaya yang sudah seperti anak kecil melihat es krim saja.

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang