Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!Lampu merah masih setia menyala di depan sana, kaca mobil milik Kobi terus dijatuhi oleh rintik-rintik air hujan.
Untungnya jalan yang mereka tempuh tidak terlalu terkena oleh kemacetan sehingga Kobi dapat menyetir lebih santai dan cepat hingga mobilnya itu sampai dengan selamat di tempat pemberhentian pertama.
Kobi keluar bersamaan dengan ketiga temannya itu, Dua adalah orang pertama yang diantar oleh Kobi.
Altar saat itu mengambil satu botol kaca yang berisi air dengan tutup berwarna putih untuk diberikannya kepada Dua.
"Masing-masing dari kita setidaknya harus punya satu botol kaca ini." Altar menjelaskan sehingga ketiga temannya itu mengangguk mengerti.
"Yaudah, lo pada hati-hati ya dijalan." Lalu Dua beralih menunjuk jidat Kobi. "Lo bawa mobil santai aja, engga usah kayak dikejar mantan, muka lo pas-pasan!"
Kobi membuat wajah kesal, apa maksud dari Dua berkata seperti itu. "Apa hubungannya sama mantan, woi!" Kobi mengepalkan tangannya di udara saat Dua sudah berjalan memasuki gerbang rumahnya.
Sementara Altar dan Yaya sudah menyuruh Kobi untuk memasuki mobil kembali karena cuaca yang sepertinya belum bersahabat sama sekali, tampaknya nanti malam pun akan turun hujan yang lebih deras daripada sore ini.
Di dalam mobil, Yaya yang memilih duduk di kursi samping Kobi yang sedang fokus menyetir itupun bersuara. "Gue mau coba minum, boleh engga?"
"Engga!" Jawab tegas Kobi dan Altar kompak.
"Kita engga tau apa ini air buat menghapus pikiran ataupun ada hal lainnya, Ya." Yaya menghembuskan napas, ia benar-benar ingin mencobanya sekarang jika mendapat persetujuan dari kedua temannya itu, tidak peduli jika ia menjadi kelinci percobaan.
"Gue penasaran. Apa yang membuat air di dalam botol ini berbeda dari botol yang tutupnya warna emas!" Yaya hanya mengeluarkan isi pikirannya yang dari tadi mengganggu.
Kobi tersenyum saat menatap Yaya. "Lo penasaran, gue sama sekali engga, Ya."
"Kok engga?" Yaya menatap balik Kobi.
"Apapun yang bisa dilakukan air itu, gue tetap engga bisa ngelupain Selin."
Altar dan Yaya hanya menggeleng kepala, masih saja di situasi seperti ini Kobi mengingat Selin.
"Tapi kalau gue udah nemuin perempuan yang bisa buat gue nyaman, pasti gue lepasin Selin, Ya." Kobi kini benar-benar tidak lagi menatap Yaya, namun kedua pipinya masih melengkung yang artinya ia sedang tersenyum sekarang.
"Hm. Moga aja lo dapat, Ko." Yaya tidak lagi tertarik, ia menatap kaca pintu mobil disampingnya dengan tenang.
Suasana jalanan pada saat hujan sangat menenangkan hatinya, ditambah lagi lampu-lampu jalan juga lampu mobil dan motor terlihat indah kelap-kelip seperti layaknya bintang namun dengan warna yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
Mystery / ThrillerRahasia sekolah apa yang kalian ketahui? Apa pernah ada kekacauan yang terjadi di sekolah namun kasusnya selalu ditutupi? Bagaimana cara mengungkap semuanya? Kapan semuanya akan segera terungkap? Altar. Dua. Kobi. Yaya. Mereka berempat bersama-sama...