Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!Jam pelajaran pertama sudah berjalan dari tadi, namun dirinya sama sekali tidak melihat kehadiran dari temannya itu di dalam kelas, ia juga terus-terusan mencoba menghubungi Yaya namun sama sekali tidak ada tanda kalau Yaya akan mengangkat panggilannya.
"Altar!" panggilan itu membuat Altar mengangkat kepalanya menatap guru di depan kelas yang sudah berjalan ke arah tempat dirinya duduk.
Dalam hati Altar berseru panik, ia harus menyembunyikan hp nya segera.
"Sini, hp kamu!" sebelum gurunya itu benar-benar sampai di tempat duduknya, Altar dengan cepat menempelkan hp nya di bawah kursi tempat ia duduk dengan magnet yang sudah dipasang di casing hp miliknya.
Altar menaikkan alisnya sambil berkata tenang. "Maksud ibu, apa ya?"
Ibu Janet sudah menyuruh Altar untuk berdiri, lalu Ibu Janet memeriksa tas dan juga laci meja Altar.
Sementara dirinya tersenyum sesekali menatap Ibu Janet yang tidak menemukan apapun, tidak terpikirkan sedikitpun oleh Ibu Janet bahwa dirinya menyembunyikan hp nya itu tepat di bawah kursinya sendiri.
Seperti laba-laba Altar telah membuat hp nya itu menempel karena terdapat magnet di bawah kursinya yang berbahan besi, untung saja Ibu Janet telah selesai memeriksa.
"Awas, kamu!" Ibu Janet lalu pergi kembali ke depan kelas, dan melanjutkan kembali pelajaran.
Dirinya duduk kembali dan bertingkah normal, namun kedua tangannya mencoba mengambil hp nya yang masih menempel di bawah kursi. "Berhasil." Altar lalu tersenyum menghadap ke arah jendela, menurutnya idenya ini bisa dijadikan sebagai trik di sebuah film.
Ketika Altar sedang menatap ke arah jendela, beberapa siswa yang entah berasal dari kelas apa sedang berlarian seperti sedang mengejar sesuatu.
Dan ketika seorang anak perempuan juga ikut berlari, Altar baru menyadari bahwa mereka anak-anak dari anggota osis. "Erin?"
Altar berdiri, lalu beralasan kepada guru mata pelajarannya itu.
"Kemana kamu?"
"Saya minta ijin ke UKS, bu!"
"Sakit apa?" Ibu Janet menatap intens kedua mata Altar yang siapa tahu terselip kebohongan.
"Saya punya penyakit asma, bu."
Ibu Janet seketika menganga. "Astaga, Altar, kenapa engga bilang Ibu?" Ibu Janet terlihat kasihan, dengan cepat ia mengangguk memperbolehkan.
"Terima kasih, Bu." Hati Altar berseru senang, meloncat-loncat.
Altar berjalan keluar seperti layaknya orang yang sakit, namun saat sudah melewati pintu kelas, raut wajahnya berubah seratus delapa puluh derajat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
Mystery / ThrillerRahasia sekolah apa yang kalian ketahui? Apa pernah ada kekacauan yang terjadi di sekolah namun kasusnya selalu ditutupi? Bagaimana cara mengungkap semuanya? Kapan semuanya akan segera terungkap? Altar. Dua. Kobi. Yaya. Mereka berempat bersama-sama...