Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!Suara ketukan jari-jarinya terdengar berirama, juga kakinya yang dihentakkan ke lantai seperti sedang mengikuti dentuman lagu yang sedang terputar keras.
"Dengar lagu apa, Tar?" Tanya Dua yang segera duduk disebelahnya sambil memegang botol berisi air soda. "Lo mau engga?"
Altar segera menggeleng setelah ditanya oleh Dua dan lanjut berpikir kembali sambil mencoba rileks terlebih dahulu.
"Loh, kenapa engga mau? Lo engga haus apa, dari tadi!?" Dua menutup minuman soda nya yang masih dingin.
"Bekas lo, Dua, gue engga mungkin mau." Altar lalu kembali diam, Dua sendiri lagi-lagi dibuat tidak habis pikir dengan tingkah Altar yang sedingin itu.
Kini keduanya sedang berada di dalam ruang rahasia, Altar yang entah harus melakukan apa di rumahnya lebih memilih untuk berdiam diri di ruang rahasia ini daripada pulang ke rumahnya yang mungkin diisi oleh kehangatan keluarganya.
"Ngomong-ngomong lo mau ngapain, Tar?" Tanya Dua ikutan serius saat bertanya seperti itu karena jam yang sudah menunjukkan pukul setengah empat sore membuat Dua mau tidak mau izin pulang terlambat demi menemani Altar yang sepertinya sedang patah hati karena kejadian di lapangan tadi siang.
Tiba-tiba saja Altar menjentikkan jarinya sambil berdiri hingga mengejutkan Dua yang juga ikutan berdiri.
"Dua, lo harus bantu gue!" Kata Altar tersenyum setelah memikirkannya matang-matang.
"Bantu apa, Tar?" Tanya Dua tertarik dengan ide yang akan dikatakan oleh Altar.
"Kita harus masuk ke ruangan kepala sekolah."
Bukan hanya Dua yang terkejut, bahkan makhluk halus yang tidak terlihat pun ikutan menganga mendengar ide gila Altar.
"Demi apa, Tar? Lo udah gila ya?" Dua mundur beberapa langkah, menutup mulutnya yang terbuka lebar itu karena mendengar ide gila Altar yang bisa saja membuat dirinya juga Altar akan dikeluarkan dari sekolah jika tertangkap.
"Demi kita semua, Dua, lo masih ingat kan kata Erin?"
"Apa, Tar?"
"Apa yang lo semua engga tau, dan yang lo semua ketahui, gue udah tau lebih dulu." Ucap Altar mengulangi perkataan Erin saat di dalam perpustakaan.
Dua pun lagi-lagi dibuat merinding. "IQ lo berapa sih, Tar?"
"Setara dengan Einstein." Senyuman kemenangan Altar terukir saat mengatakannya.
Dua bertingkah seakan dirinya kagum, tidak lupa sambil bertepuk tangan kemudian.
"Maksud gue, Dua, mungkin aja Erin tau apa yang kita engga tau karena dia pernah masuk ke dalam ruangan kepala sekolah lebih sering daripada kita berempat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
Mystery / ThrillerRahasia sekolah apa yang kalian ketahui? Apa pernah ada kekacauan yang terjadi di sekolah namun kasusnya selalu ditutupi? Bagaimana cara mengungkap semuanya? Kapan semuanya akan segera terungkap? Altar. Dua. Kobi. Yaya. Mereka berempat bersama-sama...