9|Pertanda buruk

77 16 5
                                    

Attention*Jangan lewatkan satu bab pun!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!

Dua terus berlari memutari lorong-lorong hingga membuat tenaganya yang tersisa setengah habis digunakannya, satu belokan terakhir akan membawanya menuju lapangan upacara sekolah sudah di depan mata.

Namun sebelum dirinya benar-benar sampai di belokan lorong, sebuah pintu terbuka tepat di depannya dan membuat Dua menabrak pintu tersebut dengan suara tabrakan yang keras.

"Aww!" Siku dari Dua terlihat berwarna merah, bokongnya yang mendarat jatuh ke lantai sangat terasa sakit. "Lo lihat-lihat dong." Dua membersihkan roknya sambil mencoba berdiri dibantu oleh seorang siswa yang tidak ia kenal tersebut.

"Dua!" Panggil seseorang dari arah lain, Dua berbalik dan terkejut dengan kedua matanya melebar melihat laki-laki yang memanggilnya itu sedang berjalan mendekat ke arahnya.

"Gawat!" Kata Dua panik, langsung berlari kembali meninggalkan kedua orang lelaki yang menatapnya bingung.

Ketika sampai barulah akhirnya Dua menghela napas lega saat sudah berada di lapangan upacara sekolah.

Didepannya sudah tampak suasana tenang seperti saat dirinya yang bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Lama banget, lo." Ucap Kobi duluan mendekat ke Dua yang keringatan. "Bersihkan dulu tuh, keringat lo." Kobi memberikan handuk putih yang entah Kobi dapat darimana.

"Thank you."

"Same-same." Kobi tersenyum membalas, kemudian memanggil Dua dan Altar ke tempat sekarang dirinya dan Dua berdiri.

"Kita lari santai aja ya, kalau bisa jalan kaki seperti jalan pagi aja." Kobi menghapus keringat di dahinya menggunakan tangan.

Dua lalu memberikan handuk yang habis ia pakai itu.

"Ogah! Bekas lo." Kobi menolak, lalu mengalungkan handuk itu di leher Dua.

"Yuk. Mulai." Kobi memimpin disusul oleh Altar, Yaya, dan terakhir Dua yang berada di paling belakang.

Sementara dari kejauhan, laki-laki tadi yang sempat memanggil Dua itu tersenyum saat melihat Dua di lapangan sedang berlari menjalankan hukuman.

"SEMANGAT DUA!" teriak dirinya dari kejauhan namun terdengar cukup jelas ke telinga Dua dan ketiga temannya yang lain.

Dua menoleh dan melihat laki-laki itu tersenyum memberikan kekuatan padanya.

"Siape tuh!" Kobi menatap Dua senyum-senyum sendiri sambil berlari santai di belakang Dua. "Untung masih gantengan gue." Kata Kobi lagi setelah menatap laki-laki yang berteriak untuk Dua hingga beberapa menit kemudian laki-laki tersebut tidak lagi terlihat.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba saja Dua menelan air ludahnya, lagi-lagi jantungnya berdetak kencang tersadar ketika memikirkan kejadian tadi pada saat ia mengikuti kepala sekolah dan seorang perempuan berambut pirang yang pulang bersama-sama menggunakan mobil.

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang