26|Hitung mundur

32 6 1
                                    

Attention*Jangan lewatkan satu bab pun!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!

Agak sedikit kosong rasanya ketika tidak memiliki satupun teman untuk diajak berdiskusi ataupun tempat untuk curhat.

Altar tidak pulang, ia lebih memilih untuk menunggu di ruang rahasia sampai malam tiba.

Sambil membuka kecil suara dari musik yang ia putar itu, Altar menutup matanya, ia telah mengirimkan pesan pada ketiga temannya yang masih belum ada kabar sama sekali bahkan saat dirinya menghubungi satu-satu dari ketiga temannya itu masih saja tidak ada yang ingin menjawab.

Altar hanya berharap semua dalam keadaan baik-baik saja, ia hanya sedikit takut bahwa dirinya dan juga teman-temannya itu akan menjadi target oleh kelompok bertopeng smile itu dan juga oleh Lala sendiri yang ternyata juga bagian dari kelompok tersebut.

Dirinya benar-benar harus waspada dan berusaha terlihat senormal mungkin kalau ia bertemu kembali dengan Lala.

Saat lagu pertama yang Altar putar telah selesai dan berganti ke lagu kedua, dirinya sudah jatuh tertidur dengan seragam yang masih menyatu di tubuhnya dan juga sepatu yang sama sekali tidak ia lepas sebelumnya.

****

Pukul 15:00 sore.

Setelah selesai berkemas dan membersihkan diri, Dua merapikan tempat tidurnya dan juga tidak lupa memasukkan barang-barang yang diperlukan nantinya saat berada di sekolah.

Ia telah mendapat pesan dari Altar, dan Dua rasa inilah saatnya untuk berkumpul kembali setelah tadi malam begadang hingga pagi sehingga mau tidak mau ia menggunakan bantuan dari kedua orang tuanya untuk meminta izin pada pihak sekolah dengan alasan ada urusan pribadi di luar kota.

Mengenai mimpinya semalam tidak mungkin bisa ia lupakan dengan mudah, malah Dua masih terus-terusan menduga bahwa hal itu sepertinya terjadi di masa lalunya dan kenapa bisa hilang, jawabannya pasti terdapat pada air penghilang ingatan yang ia minum itu sehingga dirinya melupakan kejadian di atas panggung besar hingga dirinya yang diculik itu oleh kelompok bertopeng hitam bergambar smile.

Ingatan Dua masih benar-benar lengkap, ia tau bahwa ketiga orang itu menggunakan seragam sekolah dan memakai topeng bergambar smile yang harusnya berwarna kuning bukannya hitam.

Saat Dua masih duduk di tepi tempat tidurnya, suara ketukan pintu kamarnya membuat Dua tersadar hingga langsung berdiri membuka pintu.

"Kak!" Dennis tersenyum dengan perasaan bersalah.

Dua melipat kedua tangan di dada menatap kesal pada adiknya Dennis mengenai kejadian semalam. "Ngapain muka lo kayak gitu, hah!"

Dennis menghela napasnya kasar, berniat ingin minta maaf malah dimarahi lagi seperti ini oleh kakaknya sendiri. "Gue mau minta maaf, ka-"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang