Attention*
Jangan lewatkan satu bab pun!Suasana terasa agak sedikit tegang, dari tadi tidak terlihat sedikitpun senyuman dari wajah mereka bertiga dan ketika duduk santai masih belum ada yang mengeluarkan suara karena yang sekarang di lakukan ketiganya adalah menunggu Kobi yang sedang menuju kemari.
"Hmm." Yaya sengaja batuk untuk menarik perhatian kedua temannya yang lain. "Si telat udah datang!"
Kobi masuk dan mengunci kembali pintu yang ia buka, tampak wajahnya terlihat lelah dan kusut sekali jika dibandingkan dengan tadi pagi lebih mendingan kondisinya pagi tadi.
"Lo habis kelahi?" Tanya Yaya to the point langsung. "Menang engga?"
Kobi malah tersenyum sambil meminum lagi air di dalam botolnya itu.
"Menang lah, belum pernah ada dalam sejarah gue pernah kalah!" Dirinya duduk di samping Altar yang melipat tangan di dada.
"Jangan bilang, kalau lo kelahi karena cewek." Altar menyelidiki temannya itu.
Kobi langsung tersedak saat meminum air dingin, langsung membuat ketiga temannya tertawa lantas karena sedikit terhibur karena perkataan Altar barusan yang tepat sasaran.
"Lo pada udah punya kekuatan ya?" Kobi mengangkat satu kakinya lalu dilipatkan seperti seorang CEO.
Altar lalu menggeleng kemudian berdiri dan menarik sebuah meja persegi panjang ke tengah ruangan.
"Baik." Nada dari Altar terdengar mulai serius, seperti ada kode yang diberikan dari suara tersebut, ketiga temannya yang lain mulai mendekat mengambil posisi untuk duduk di kursi.
Yaya dan Altar mulai menatap satu sama lain lalu mulai membuka mulut.
"Tadi sebelum masuk ke kelas, Dua narik gue sama Altar." Yaya mulai bercerita. "Katanya ada sesuatu yang penting dan sedikit janggal yang Dua lihat akhir-akhir ini dari sekolah kita. Terutama di ruangannya kepala sekolah ketika kita berempat dikasih hukuman."
Meskipun tidak setegang yang tadi suasana kali ini lebih dari sekedar membuat tegang namun membuat mereka berempat masing-masing menjadi fokus mendengarkan.
"Jadi," Altar melanjutkan. "Lo boleh ceritakan apa yang udah mengganggu pikiran lo dari kemarin, dari kita menjalani hukuman lari di lapangan upacara, Dua."
Dua agak sedikit terkejut, berarti selama ini Altar dapat membaca gerak-geriknya yang menyimpan banyak sekali tanda tanya.
Dua menarik napas, mengatur kursinya mendekat dan mulai menatap dengan serius ke arah teman-temannya.
"Tidak mungkin lo semua melupakan apa yang jelas-jelas kita lihat kemarin di ruang kepala sekolah, kan." Ketiga temannya mengangguk karena mengerti apa yang dimaksud oleh Dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
Mystery / ThrillerRahasia sekolah apa yang kalian ketahui? Apa pernah ada kekacauan yang terjadi di sekolah namun kasusnya selalu ditutupi? Bagaimana cara mengungkap semuanya? Kapan semuanya akan segera terungkap? Altar. Dua. Kobi. Yaya. Mereka berempat bersama-sama...