15 | Tukas

37 13 1
                                    

Halo! Apa kabar semuanya??

Minal aidin wal faidzin ya guys! Semoga keberkahan selama Ramadhan menjalar ke setiap jiwa dan raga kita! Author mau minta maaf jika ada salah, terutama dalam kata-kata yang author paparkan di cerita ini. Berharap ke depannya bisa menulis hal-hal yang lebih baik lagi!

Yaudah, yuk! Kalau gitu, mari membacaaa^^

Happy Reading, All!!^^

****

Di balik selimut tebal, terdengar isakan miris yang begitu menyakitkan. Seperti sebuah hantaman yang menghimpit hingga dirinya terjebak dan tak bisa bergerak. Gadis itu masih di dalam sebuah kerundungan yang paling dalam di hidupnya. Baru kali ini ia merasa cinta yang paling bahagia, namun juga sakit dalam sekejap.

Ia benci dengan dirinya yang terlalu menyayangi pria itu lebih dari apapun. Ia benci mengetahui arti cinta sesungguhnya yang artinya pedih bisa datang kapan saja dan ia harus siap menerima itu dengan segenap hati. Ia juga menjadi lebih mudah memaki diri yang sudah melakukan hal bodoh di depan pria itu. Sepertinya, Angga menganggap remeh hati tulusnya. Pria itu sama sekali tak membantu untuk meredakan rasa malu atas pengakuan samarnya. Tak ada balasan yang jelas, hanya diam yang melahirkan sebuah keambiguan.

Zeze kembali memeluk tubuhnya dan berguling kesana-kemari di atas kasur. Dalam pikirannya yang sangat kacau, ia masih bisa berharap ada pesan masuk dari Angga seperti biasanya di malam hari. Tetapi, dibandingkan hanya menerima pesan hingga tercipa senda gurau antara keduanya, Zeze lebih menginginkan sebuah permintaan maaf terkait penolakan atau lebih baik balasan indah akan perasaannya pada pria itu. Ia tak ingin dikelilingi ketidakjelasan dalam mimpinya malam ini.

DRET! DRET! DRET!

Ketika meraih ponsel, Zeze sungguh berharap sebuah pesan dari Angga masuk. Namun, ternyata hanya pesan spam dari Elan. Permintaan maaf berkali-kali ia kirimkan. Ia sungguh menyesali perkataannya. Mungkin pula, di rumah Angga tadi, ia dihabisi oleh Rian dan Tissa menjadi babak belur. Ia tak terlalu penasaran kejadian apa yang terjadi di sana setelah dirinya pulang ke rumah tanpa berpamitan dan hanya muncul Angga dengan wajah terkejut.

Gadis itu hanya perlu mengabaikannya dan memikirkan kembali bagaimana cara ia berjalan besok di sekitar sekolah. Ia sangat tak bisa menampakkan wajah di depan Angga.

"Bodoh banget, sih, lu, Ze! Tolol! Bego! Ngapain, sih, harus ketahuan! Elan kurang ajar!" Zeze meringuk dalam selimut dan meringis hingga menangis.

Di tengah-tengah kegundahannya, Anika, adik perempuan Zeze, memaksa membuka pintu demi mendapatkan laptop untuk pengerjaan tugas sekolahnya.

Zeze sudah berulang kali mengusir dia dan mempertahankan ego untuk tak memperlihatkan wajah kusut dengan mata sembab di depan Anika. Sebab ia sangat tahu bahwa sang adik akan memakinya habis-habisan karena sudah terlalu percaya diri memamerkan pria itu di hadapan keluarga inti.

"Di PHP-in Angga, ya?"

"Apasih!"

"Makanyaaaa... Kalau punya gebetan tuh yang banyak, jangan satu doang! Ribet 'kan lu mau cari penggantinya siapa! Lain kali jangan fanatik banget kalau belum pasti! Makan tuh air mata!"

"Diem lo, bocah! Gue beda ya sama lo!"

"Susah sih cewe polos kayak lu mah, Kak," cibir Anika.

"Gue nggak polos, ya! Dia yang polos!"

"Buruan laptopnya! Gue mau ngerjain tugas ih!"

I Don't Wanna Fall in Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang