Dalam wajah sembab, Zeze melenggang lemas memasuki kelas. Ia uraikan seluruh rambutnya dan sama sekali tak perhatian pada seragam yang dikenakan. Walau Anika sudah mengkritik penampilan amburadul kakaknya, Zeze menggubris hal itu dan tetap melanjutkan langkah menuju sekolah dengan angkutan umum.
Ketika melangkah masuk ke dalam kelas, ia melihat Dara yang sudah dikerumuni banyak gadis. Kalau diperhatikan, gadis-gadis itu merupakan teman sepermainan Dara yang mungkin sudah tahu tentang hubungan backstreet Elan dengan Dara.
Sekarang, sepertinya mereka sedang memaki-maki dirinya atas gosip tersebut.
Zeze melirik cepat ke kerumunan mereka yang memasang tampang ketus padanya. Ia tak ikut toleh, tetapi hanya lirik sejenak pada Dara yang terlukis kecemasan di wajah cantiknya.
Zeze awalnya khawatir, namun ia memilih tak memikirkannya. Gadis itu langsung duduk begitu saja di bangku. Tak ada niatan sedikitpun untuk mengklarifikasi hubungannya dengan Elan kepada mereka.
Zeze sebenarnya tak peduli sebenci apa orang-orang terhadapnya. Ia hanya resah dengan sikap dingin Angga kemarin.
Ia pun menaruh banyak harap bahwa pria itu tidak benar-benar membencinya, melainkan ada secerca kecemburuan atas gosip yang beredar di sekolah.
Namun tetap saja, baginya akan menyusahkan jika gosip itu malah membuat Angga salah paham terhadapnya. Lagi pula, apa Angga sungguh mendiaminya gara-gara gosip tersebut? Zeze masih dirundung kebingungan.
Sebelum bel masuk berbunyi, terlihat gadis itu mengeluarkan beberapa buku paket dari kolong meja. Ia sedang memilah buku apa saja yang akan digunakan hari ini. Namun ternyata ia melupa akan buku Bahasa Inggris yang tertinggal di atas meja belajar di rumahnya. Zeze pun menghela napas pasrah lalu menidurkan kepala berat itu di atas tumpukan buku.
Mengapa hati pedih ini ikut campur dalam kinerja lobus frontal-nya? Ia sungguh bodoh terlalu memikirkan Angga alih-alih perhatian pada diri sendiri.
"Mau pinjem buku gue?"
Tangan yang seputih salju itu mengarah di penginderaan mata Zeze. Zeze melirik pelan ke si pemilik dan terlihat wajah cantik Dara tersenyum padanya.
"Kebetulan gue punya dua," katanya lagi.
"Nggak usah, gapapa," jawab Zeze yang masih terlihat lesu dengan pipi sebelah yang bersandar di atas meja.
"Besok gue sama Elan berangkat bareng. Lo nggak usah khawatir lagi," ujarnya tiba-tiba.
"Maksudnya, Dar?"
"Gue udah tau cerita lo sama Angga. Gue mau bantuin lo."
"Lah lo tahu?"
"Elan cerita semua, Ze, ke gue."
Benar-benar bocah itu! Umpat Zeze dalam hati.
"Oh...Tapi... Gue nggak maksud gitu, kok. Gue cuma pengen Angga nggak salah paham aja. Lo nggak perlu repot-repot buka rahasia lo sama Elan."
"Ya, justru kalau gue sama Elan buka hubungan kita, itu ringanin gosip lo sama Elan. Ya 'kan?"
"Iya, sih, benar juga. Terus lo gapapa? Nanti lo malah kena hujatan fans Elan, gimana?"
"Santai aja. Gue percaya, Elan pasti jagain gue," jawabnya sambil tersenyum manis.
Zeze membalasnya dengan anggukan pelan disusul dengan kepala yang menunduk, "Makasih, ya, Dar.. Maaf, lho, jadi ngerepotin."
"Lo nggak perlu nggak enakkan sama gue," Dara memegang pundak Zeze. "Gue nggak mau, persahabatan lo sama Elan berantakan. Pokoknya, hari ini kalian harus baikan, ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Wanna Fall in Love Again
Romance"Lo nggak suka gue, tapi kenapa deketin gue, sih, Ngga?!" Bukan tentang cinta pertama. Ini perihal kasih yang telah jatuh bertahun-tahun walau hanya mengukir kisahnya sebentar saja. Mereka berusaha mengembalikan cinta dalam ego masing-masing. Zeze...