"Neraca pembayaran internasional itu catatan sistematis tentang semua transaksi ekonomi antara penduduk satu Negara dengan Negara lainnya dan dalam waktu tertentu. Biasanya sih satu tahun. Nah contohnya itu..."
Ya. Elan kalah telak melawan kecepatan berenangnya Angga. Pria cuek itu sangat mahir mengendalikan arus air dengan gerakan lihai dari kedua tangan dan kakinya. Kalau diingat-ingat, sepertinya Angga hanya mengambil napas 10 kali dalam jarak 9 meter.
Malam itu, sesuai perjanjian sepihaknya Elan, mereka semua ikut serta dalam kegiatan yang dijadwalkan oleh Angga dan Zeze. Rutinitas wajib mereka pun menjadi gagal total. Saat ini, Tissa hanya bisa menyalahkan Elan karena kecerobohannya. Sedangkan Rian hanya diam saja mengikuti arus yang dibuat oleh Zeze. Selama gadis itu bahagia, tidak masalah bagi Rian.
Sekarang, mereka berlima tengah berada di ruang tengah dan mengikuti pelajaran membosankan itu, Ekonomi.
"Kenapa kita harus belajar, sih? Gue mending tidur aja, deh! Lagian gue anak IPA. Rajin banget kali si Angga belajar ekonomi. Nggak guna juga," keluh Elan berbisik.
"St!"
Rian menahan lengan Elan yang hendak berdiri dari kursi.
"Perjanjian tetap perjanjian."
"Huft!"
Ditariknya tangan Elan hingga anak itu duduk kembali dengan tampang cemberut.
Tissa menguap. Ia sandarkan dagunya di atas telapak tangan, "Gue juga ngantuk, nih.. Si Zeze nggak seru banget ngajarinnya. Matanya ke Angga mulu. Rese!"
Rian menjadi dilemma. Ia melihat Angga terlalu fokus menulis apa yang dijelaskan Zeze. Kemudian, Rian pun mengetuk pelan meja di hadapan Zeze.
Zeze menoleh.
"Masih lama?"
"Baru juga definisi," jawab Zeze tidak peka akan maksud Rian.
Ternyata dalam keseriusannya, Angga sesekali mencuri pandang pada kejenuhan garis wajah ketiga orang tersebut; Rian, Elan, dan Tissa. Angga menjadi tak enak hati atas jadwal yang diciptakannya malam ini. Ia telah membuat kesal ketiga teman Zeze. Lagi pula sebenarnya hari ini adalah harinya mereka.
Telat menyadari, Angga pun akhirnya menutup buku tulis dan menoleh ke mereka.
"Mau main?"
Mereka sekejap melebarkan bola mata dan terpampang sinar-sinar merona.
"Hm.. Gue juga bosan, sih, belajar terus. Anggep aja perjanjian ini selesai," lanjut Angga.
Rian melemparkan senyum khasnya pada Angga, smirk dengan alis mengangkat dan mata menyipit sebelah. Angga berusaha membalasnya walau sangat tipis garis bibir dia.
"Lo serius, Ngga? Katanya Senin ada ujian Ekonomi?" Zeze masih tidak peka dengan situasi.
"Woy! Sekali Angga bilang mau berhenti, ya nggak usah dipaksa, Zeze!" Elan membara di tengah kesenangannya.
Zeze mengerutkan dahi, "Ya.. biasa saja, dong!"
Elan menghela napas, lalu melirik licik ke Angga, "Bu Rosma 'kan? Tenang, besok gue cari kunci jawaban dari anak olimpiade."
Angga tertegun.
Zeze menggebrak meja di hadapan Elan hingga membuatnya terkejut, "Lo ini ngajarin dia nggak bener!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Wanna Fall in Love Again
Romance"Lo nggak suka gue, tapi kenapa deketin gue, sih, Ngga?!" Bukan tentang cinta pertama. Ini perihal kasih yang telah jatuh bertahun-tahun walau hanya mengukir kisahnya sebentar saja. Mereka berusaha mengembalikan cinta dalam ego masing-masing. Zeze...