5 | Sahabat atau Gebetan?

88 18 3
                                    

"Lo suka banget, ya, sama serial Marvel?"

Zeze dan Angga kini tengah berada di ruang tamu rumah Zeze. Seperti yang sudah dijanjikan, malam ini Zeze akan mengajari sedikit ilmu Ekonomi-nya pada anak IPA tersebut. Lintas minat memang menyusahkan bagi mereka. Dimana Zeze harus belajar fisika di kelas IPSnya, begitupun Angga dengan Ekonomi yang tidak sesuai jurusannya.

Zeze menaruh nampan di atas meja. Angga dengan sigap membantu Zeze mengambil dua buah cangkir dari nampan.

"Nggak terlalu, sih," jawab Angga sekenanya.

"Serius?" Zeze duduk di depan Angga. "Gue lihat, lo kok kayak perhatian banget sama layar bioskop. Sampai nggak ngedip gitu." Zeze meminum airnya.

"Lo merhatiin gue?"

Uhuk!

Zeze tersedak. Ia secara refleks batuk sejenak lalu menyeka air di sekitar bibirnya dengan punggung tangan, "Yaaa.. Nggak gitu.."

Angga hanya mangut-mangut.

"Lo suka Marvel juga?"

Zeze menggelengkan kepala.

"Kok bisa mau nonton bareng mereka?"

"Soalnya ditraktir."

"Lo suka banget, ya, ditraktir?"

Zeze terkekeh. Ia berpikir bahwa pria di depannya benar-benar naïf.

"Siapa, sih, yang nggak suka ditraktir?"

Angga mangut-mangut kembali.

"Oh iya, makasih ya minumnya."

"Maaf ya, cuma ada air putih doang. Lo suka pempek nggak?"

"Lumayan."

"Oke. Gue ambilin dulu, ya.."

"Eh.. Nggak usah repot-repot, Ze."

"Santai aja.."

Kini, tinggal Angga yang berdiam diri sendirian di ruang tamu. Dalam keheningan yang teramat canggung, ia memilih teguk secangkir air mineral sambil mata yang mengamati sekeliling.

Ternyata baru ia sadari, terdapat banyak sekali piagam penghargaan di dinding putih ruang tamu Zeze. Dari mulai olimpiade MIPA SMP, kaligrafi, short movie, tulis cerpen, siswa terbaik se-SD, siswa terbaik se-SMP, menggambar, penulisan naskah film, dan masih banyak lagi.

Namun dirinya terfokus pada sebuah piagam penghargaan olimpiade MIPA yang Zeze raih. Juara kedua? Lumayan untuk anak yang memilih jurusan IPS.

"Lo suka IPA?"

Zeze menggeleng, "Nggak."

Kemudian gadis itu meletakkan sepiring pempek lenjer dan telur. Tak lupa juga cuka di dalam mangkuk kecil.

"Kenapa?" ia melirik Angga.

Pandangan Angga tertuju pada piagam yang dimaksud, "Itu."

Zeze ikut melihat, "Oh.. Dulu emang suka. Tapi ya gitu, karena gue merasa pintar aja."

Angga tertegun dan melirik heran Zeze.

Zeze memasang tampang sombong, "Gini-gini gue nggak pernah keluar dari 3 besar, ya, dari SD sampai SMP! SMA saja rada belok."

"Terus lo kenapa nggak masuk IPA aja?"

"Gue dulu IPA kok, cuma pindah." Zeze menghela napas pelan, "Sebenarnya gue nggak nyaman dan ngerasa cuma dituntut orang tua sama guru doang. Ya... Gara-gara gue dianggap mampu. Padahal hati gue lebih ke seni dan suka hal-hal berkaitan sama sosial. Tapi, semenjak diajak Rian buat bikin short movie pas awal SMA, gue tahu apa yang mau gue kejar."

I Don't Wanna Fall in Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang