Halo, semuanya! Reader pertamaku di novel ke ketigaku!
Udah lama ndak nulis, tapi akhirnya aku bisa comeback lagi nih hihi senang sekalii!
Semoga kalian suka yaa sama kisahku kali ini! Ya udah yuk, langsung baca aja..
Happy Reading, All!!^^
****
BANDUNG, 2025
Gadis itu merapatkan bibir lalu meneguk teh hijau di depannya. Mata kecil dia terjaga. Menoleh ke kanan-kiri tanpa henti. Jemari dan dahipenuh peluh, padahal saat itu suara AC begitu berdendang di telinga. Degupnya pun tak bisa berhenti sejak langkah kecil itu memasuki kafe.
"Zeze?"
Serta merta, seluruh tubuh kaku itu langsung berdiri tegap dan mematung di hadapan pria yang menyahutnya. Pria itu memiliki rambut rapi dengan mata menyipit walau tak tersenyum. Badan tegap masih dipertahankannya. Wajah dingin pun menjadi prinsip yang tetap dipegang teguh. Hanya saja, rambut tipis yang menghiasi atas bibirnya mulai muncul serta kulit putihnya pun berubah menjadi gelap, namun dia tetap menawan seperti biasanya.
Gadis itu sejenak termangu lalu menjadi sadar ketika pria itu melambai pelan di depan wajah Zeze.
"Eh?" Zeze terkejut. "Sorry, sorry, Ngga.. Sok, duduk.."
Suasana menjadi begitu sunyi ketika hanya musik balada yang mengalun di atmosfer sesak mereka. Keduanya pun terdiam seakan jarum jam berhenti. Pandangan Zeze tak sanggup menatap tegap ke depan, dimana pria itu tengah duduk sambil menyeruput jus dari gelasnya.
"Apa kabar?"
Tangan Zeze melambai dengan asing. Ekspresi senyumnya seakan membeku hingga membuat setiap inci kerutan di wajahnya tampak tak alami.
"Baik," jawab pria itu dengan tenang. "Lo?"
"Gue.. gue juga baik," balasnya sedikit ragu. "Minum gih.."
"Gue udah minum dari tadi, lho.."
Zeze hanya tersipu malu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Sudah lama banget, ya, Ze.."
"Hehe, 7 tahun."
"Hmm.. Gimana kerjaan lo? Lancar?"
"Ya, begitu."
"Ada rencana rilis novel lagi?"
"Bentar lagi keluar."
"Oh, gitu... Hm... Semoga sukses, ya."
"Iya, makasih. Ngomong-ngomong, lo sendiri gimana?"
"Pekerjaan gue lumayan.."
"A... Ahli mesin?" Zeze tampak ragu.
Angga mengangguk malu. Ia keluarkan senyum tipis paling manis.
"Wah! Hebat!" sontak, Zeze langsung bersorak riang. Kedua tangan saling bergesekkan hingga menimbulkan bunyi tepuk yang nyaring. Senyumnya kali ini terlihat lebih tulus. Angga pun menanggapi dengan tersipu.
Tetapi, perlakuannya itu tidak bertahan lama. Keduanya malah menjadi canggung hingga menciptakan suara nyaring itu nyaris memelan. Mereka sadar, bahwa kini terjebak dalam atmosfer asing sebab sama-sama sudah lama tak berjumpa.
Zeze terkekeh, Angga pun mengikutinya. Pria itu merasa sudah lama sekali tak melihat semangat gadis dewasa itu. Akhirnya, dua insan tersebut sama-sama berusaha mengatasi kecanggungan dengan membuat kedewasaan pada masing-masing sikap. Zeze menarik segala sifat konyolnya, begitupun Angga yang lebih memperlihatkan ekspresi wibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Wanna Fall in Love Again
Romansa"Lo nggak suka gue, tapi kenapa deketin gue, sih, Ngga?!" Bukan tentang cinta pertama. Ini perihal kasih yang telah jatuh bertahun-tahun walau hanya mengukir kisahnya sebentar saja. Mereka berusaha mengembalikan cinta dalam ego masing-masing. Zeze...