19 | Sembiluan

35 13 0
                                    

Sudah setengah jam Zeze mematung di lahan parkiran yang terisi oleh deretan motor, mulai dari yang antik hingga matic. Tetapi pria itu tak kunjung muncul. Zeze lirik jam tangan, khawatir kelasnya sudah bubar lebih dulu sehingga Angga telat tuk tepati janji.

Ternyata tidak!

Jam tangan Zeze meyakininya dengan garis pendek di antara angka 10 dan 11, yang berarti sudah setengah jam istirahat telah berlalu.

"Dia kemana, ya?"

Banyak anak-anak yang kesana-kemari melewati dirinya tengah jongkok di depan parkiran. Seperti tak ada tujuan, ia masukkan kembali secarik amplop mungil di genggamannya ke dalam saku seragam batik. Zeze pun akhirnya menyerah, lalu memutuskan mengambil langkah tegas menuju kelas Angga.

"Angga ada?"

"Nggak tahu, deh.."

"Nggak masuk?"

"Nggak tahu dibilangin!"

Zeze termangu sejenak lalu mangut-mangut, "Oh, ya sudah. Makasih, yaa.."

Ia pun kembali berjalan lurus ke kelas Syifa, berharap ada secerca jawaban atas alasan ketidakhadiran Angga di lahan parkir tadi lewat sahabat pria itu.

"Syifa nggak ada?"

"Dia izin. Kenapa?"

Lagi-lagi Zeze harus menyerah. Ia terdiam sejenak dengan helaan napas kecewa. Harapan untuk berjumpa dengan Angga di hari itu pupus seketika.

"Sama Angga?" Zeze menatap curiga pada pria dengan tubuh jenjang yang diajaknya berbicara.

"Angga siapa?"

"Sahabat Syifa. Lo nggak tahu?"

"Ohh.. Cowok pendiam itu?"

Zeze mengangguk.

"Iya kali sama siapa? Angga? Iya, itu.. Sama Angga. Lagi main kali.. Atau... hadirin acara ulang tahun salah satu anggota keluarganya? Nggak tahu, deh! Gue ngasal. Mending lo chat aja Syifa-nya."

"Oh.. gitu.."

"Lo suka Angga, ya?" celetuk pria yang rambutnya hitam klimis.

"Eh, nggak! Gue cuma nanya doang, kok," elak Zeze.

"Ohhh.... Kalau gitu... suka gue aja gimana?"

Zeze melebarkan mulutnya dan tercengang sejanak. Ia sipitkan salah satu mata dan bergidik merinding pada sosok itu –yang namanya saja ia tak tahu.

"Zeze 'kan nama lo? BTW, follback IG gue napa!"

Zeze menyengir paksa dan menjadi salah tingkah, "Gue pergi dulu, ya. Makasih.."

"Yahhh, situ baperan!"

DEG!

Kalimat sederhana itu sangat mempengaruhi gejolak hatinya. Entah benda tajam seperti apa yang membuatnya bisa sesakit ini. Namun, celetuk pria tadi seperti menamparnya tentang kondisi saat ini.

Zeze sadar bahwa dirinya memang terlalu bawa perasaan akan setiap tindakan kecil dari sosok pria yang disukainya, Angga. Ia terlalu menaruh harapan tinggi hingga jatuh sangat berlebihan, seperti tidak menerima kenyataan tentang hubungan mereka yang sekarang.

I Don't Wanna Fall in Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang