6 | Langkah Awal

65 17 0
                                    

"Zeze?"

Tak ada respon.

"Ze? Ze.. Bangun.."

Rian menyolek bahu Zeze.

"Ayo sarapan.."

Zeze membalikkan badan membelakangi Rian. Ia lempar tas kecilnya ke wajah Rian. Dengan spontan, pria itu menangkapnya sambil mengumpat penuh kejengkelan.

"Woy, Ze! Buruan bangun! Udah pagiiiiii... Kita mau sarapan, nih! Bentar lagi Tissa selesai masak. Mau renang nggak?! Keburu siang, oy‼" dengan sekuat tenaga, pria itu mengguncangkan tubuh Zeze hingga akhirnya gadis itu berhasil bangkit dengan rambut singanya.

"BAWEL BANGET SIH, RIAN!"

"YA ABISNYA LO SUSAH BANGET DIBANGUNGIN MAEMUNAH!"

Suara Rian tak kalah keras dari gadis itu, hingga ia harus menutup kupingnya rapat-rapat.

"KURANG TOA!"

"Lo ngapain tidur di sini, bambang?"

Zeze mengucek matanya dan melihat keadaan miris pada dirinya sekarang. Gadis itu tertidur pulas di atas sofa ruang tamu semalaman.

"Oh..Itu, si Tissa kunci pintu kamarnya. Kayaknya ketiduran duluan. Terus gue asik chat sama Angga, terus nggak lihat waktu. Tau-tau tidur aja disini."

Rian menghela napas, "Lagian bucin banget jadi manusia."

Zeze nyengir, kemudian ia rapikan rambutnya dan menoleh ke Rian, "Emangnya sekarang jam berapa?"

"Jam 7."

"Hah? Berapa?"

"JAM 7!"

Zeze tercengang. Melirik jam di belakangnya dengan mata melotot.

"Gosok gigi sana! Kita tunggu di meja makan."

Sejenak termenung sembari mengumpulkan nyawa, gadis itu ikut bergegas juga menyusul Rian menuju ruang makan. Kebetulan kamar mandi berdekatan dengan ruang makan.

"Ze, siapin meja, gih!" pinta Tissa yang sedang sibuk memasak nasi goreng.

"Ih, nggak sempat! Gue harus jemput Angga," jawabnya sembari ngacir masuk ke kamar mandi.

Elan yang sedang meneguk air putih, malah tersedak dan menatap sinis Zeze, "Emangnya kita kasin izin dia buat ke sini?! Woy, Zeze!"

"Sudahlah, biarin aja. Lo bawa Dara ke sini biar impas," Tissa menyerah.

Rian pun ikut berdecak pasrah. Kemudian ia duduk dan meraih ponsel di dalam saku celananya.

Zeze yang dari dalam kamar mandi, mengejutkan mereka bertiga dengan tingkahnya yang serba terburu-buru. Gadis itu membuka pintu dengan keras dan kemudian kepalanya melongok dari baliknya.

"Cuy, ambilin handuk sama peralatan mandi gue dong! Hehehe," ia hanya bisa nyengir tanpa merasa bersalah dengan segala tindakannya dari kemarin malam sampai pagi ini.

"Dimana?" tanya Tissa.

"Di pouch pink gue. Ada handuknya juga di atas meja ruang tamu."

"Lan, gantiin masak bentar!"

***

"Sumpah, ya, lo teman paling baik di dunia!"

I Don't Wanna Fall in Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang