24 | Pergi

38 14 0
                                    

BANDUNG, 2025

Setelah pertemuan singkat yang memakan cukup banyak emosi, langkah berat Zeze terpaksa meninggalkan pria itu di kafe seorang diri. Ia tak kuasa mendengar pengakuan mendadak Angga yang begitu terasa menyakitkan. Pengakuan yang selama ini ia harapkan, ternyata sudah terlalu jatuh dan tak mungkin bisa ia ambil kesempatan itu kembali.

"ZE!"

Zeze menghentikan langkah.

Angga mendekat, "Ini buat lo."

Zeze menarik ingus dan menyeka air matanya. Kemudian ia berbalik menghadap Angga.

Pria itu menjulurkan tangannya yang memegang bingkisan dengan karakter tulisan Jepang unik.

"Mochi rasa matcha pesenan lo."

Angga melemparkan senyum tipis yang sudah lama tak dilihat Zeze.

"Selamat atas penikahannya, Ze," bisiknya lembut.

Tak ada pedih hati yang terpancar di setiap inci wajah Angga. Ia hanya terlalu kuat untuk menahan segala kesedihan dalam benaknya. Padahal sungguh jelas, ada penyesalan yang amat dalam yang tak bisa ia kembalikan lagi seperti semula. Janji yang dinyatakan sebelum keberangkatannya ke Jepang, ia ingkari. Janji untuk tidak telat lagi. Janji yang ia tegaskan pada sang Ayah. Janji seorang lelaki sejati.

"Makasih," balas Zeze dengan pelan.

Kemudian ia raih bingkisan itu, "Lo nggak perlu repot-repot ingat keinginan gue."

Angga menunduk, "Gue harap lo bahagia."

"Gue harap, lo juga begitu."

Angga mengangguk pelan.

"Gue pergi dulu," lanjut Zeze yang disusul suara nyaring dari sepatu hak.

Jalanan yang penuh dengan deritan mobil berubah menjadi sunyi ketika hanya terdengar langkah pergi untuk kedua kalinya. Sangat menyakitkan hingga ia tak bisa berkutik lagi demi mempertahankan cinta yang selama ini ia pendam. Sendirian. Tanpa seorang pun mengetahuinya. Termasuk dirinya yang begitu telat menyadari.

***

BANDUNG, 2018

Setelah kepergian Angga ke Jepang

"Cewek cantik itu cewek yang percaya diri! Lo bisa bersinar tanpa Angga! Inget kata-kata gue!" tegas Syifa setelah lelah melihat air deras itu terus terkuras dari bola mata Zeze.

Dara yang berada di samping Zeze sambil memeluknya, mengucap pernyataan romantis namun menyayat hati. Katanya, "Kamu tahu nggak kenapa aku suka Elan?"

Elan yang berada dalam lingkaran mereka melirik kaget ke Dara. Matanya berbinar menunggu jawaban dari wanitanya.

"Karena dia selalu buat aku tersenyum," jawab Dara singkat namun jelas mewakili.

Ia melanjutkan, "Kamu juga nanti pasti bisa ketemu cowok kayak gitu, Ze. Kalau cowok itu buat kamu nangis terus sepanjang hari, berarti dia nggak baik buat kamu."

"Tuh, dengar!" Elan membenarkan ucapan Dara.

Zeze kembali mengeluarkan isakan paling kerasnya.

"Makasih kalian!" Ia berucap dengan punggung tangan yang berusaha menyeka air di sekitar matanya. Sambil menarik ingus yang terus bertumpuk, Zeze melanjutkan kalimatnya, "Gue bakal buktiin ke Angga, kalau gue cewek hebat! Gue nggak boleh diperlakukan seperti ini!"

I Don't Wanna Fall in Love AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang