And this Three

373 19 16
                                    

Mas Arkha datang... Hayo sapa seng kangen wajib cipok saya.

Wkwkwkwk.. Ga jadi deh. Geli bayanginnnya. Wakwakwak

Dont porget por vote n komen ya...

Hepi riiiidd... Hop yu lek it..

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Cyra hanya bisa mendesah pasrah saat dokter menarik kakinya dan mulai mengobati luka dipergelangan kakinya. Sementara pria yang tadi menabrak sekaligus menolongnya, sudah hilang entah kemana.

"Eum.. Dokter maaf, pria yang tadi membawa saya kesini mana ya?" tanya Cyra hati hati. Sebenarnya Kieta tidak perduli pada pria itu, hanya saja ada sesuatu yang mendorong kuat untuk bertanya.

"Oh, Farhan. Dia sudah pergi, katanya ada Meeting pagi dikantornya. Dia sudah menitipkannya padaku dan akulah yang akan merawatmu." jawab dokter pria itu sambil tersenyum.

"Oh. Kalau begitu bolehkan saya pulang setelah diobati?"

"Mana bisa begitu? Lukamu cukup dalam dan harus dirawat disini. Lagipula kalau aku mengijinkanmu pergi besok aku hanya tinggal nama."

Cyra mengernyit bingung mendengar ucapan dokter pria itu. "Kenapa begitu?" tanyanya penasaran. Lagi, dokter tampan tersenyum. Eh, apa barusan author yang bilang dokter itu tampan? Emang beneran tampan kok, suwer tak kewer kewer.

"Lebih baik kamu beristirahat disini. Jika butuh apa apa kau pencet saja bel itu, aku akan datang." kata dokter tadi sambil menunjuk tombol diatas tempat tidur diikuti oleh Cyra. "Dan soal pekerjaanmu, sepertinya beberapa hari kedepan kau akan absen sampai kakimu sembuh."

Kalimat dokter itu membungkam mulut Cyra yang tadi hampir terbuka kembali terututp rapat. Pintu tertutup meninggalkan Cyra sendirian diruang VIP rumah sakit entah dimana. Cyra memandang kakinya yang dibalut kasa lalu mendesah kasar. Sepertinya ia memang harus patuh pada dokter tadi karena luka dikakinya sedikit serius terbukti ketika ia coba menggerakkannya terasa sakit.

Cyra meraih tas slempangnya mengambil ponsel didalamnya, Cyra harus menghubungi Dina memberitahu sahabatnya itu bahwa dirinya absen kerja. Tapi tentu saja Cyra tidak bilang kalau dirinya terserempet mobil tadi pagi, karena bisa bisa gadis bar bar itu akan menyatroni seluruh rumah sakit yang ada mencari keberadaannya.

Beruntungnya ponsel Dina sedang offline jadi Cyra tidak perlu repot repot menanggapi seabrek pertanyaan dari sahabatnya itu. Cyra merebahkan tubuhnya keatas kasur empuk meskipun dirinya merasa tidak nyaman tapi kenyataannya suasana sepi dan ranjang yang empuk lebih empuk dari ranjangnya di rumah sewaannya, tak ayal membuatnya mengantuk dan tertidur.

Entah berapa lama Cyra tertidur tapi yang jelas hari sudah sore, jelas terlihat dari arah jarum jam yang menunjuk angka lima. Sontak Cyra bangun dari tidurnya dan bangkit dari rebahannya. "Astaga! Sudah sore! Aku harus pulang." gumamnya panik sambil meraih tasnya. Dengan gerakan cepat Cyra turun dari atas ranjang, mencoba melangkah menghampiri sepatunya yang terletak dibawah kursi, sampai kemudian desis kesakitan keluar dari mulutnya.

"Aawww.. Sssshhh... Kakiku." ringisnya sambil kembali naik keatas ranjang. Manik doenya membelalak kaget saat melihat warna merah pada kasa yang membungkus kakinya. Ringisannya semakin kuat saat darah semakin banyak dan kasa itu basah, ingin menekuk kakinya dan memeriksa tidak bisa karena lututnya juga luka walau sedikit.

Bertepatan dengan itu pintu berayun terbuka, sontak Cyra mendongak dan tertegun mendapati sosok pria berdiri diambang pintu. Tubuh tegap dibalut kemeja putih yang terbuka dua kancing paling atas. Lengan kemeja itu juga digulung sampai siku serta celana bahan yang membalut pas sepasang kaki panjang. Astaga! Bolehkan Cyra berkata kalau sosok dihadapannya itu sangat.. Seksi.

Fall in Love With My PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang