LDR 17✨

123 10 18
                                    

Happy reading❤️

"Gak ada perasaan yang salah. Selagi tempat dan waktunya tepat."

Di sinilah Reina dan Indah berada, setelah Indah berkata ingin berbicara berdua, baik Jesi maupun yang lainnya pamit pulang untuk memberikan Indah waktu berbicara terhadap Reina.

Mereka saling diam, waktu yang sudah berjalan sepuluh menit itu habis terbuang sia-sia.

Reina menatap Indah yang sedari tadi hanya diam sembari memain 'kan jari tangannya. "Gue gak punya banyak waktu, kalau gak ada yang mau lo omongin, pintu keluar di sebelah sana!" tunjuk Reina pada pintu rumahnya sembari bangkit dari duduknya.

Indah segera mencekal pergelangan tangan Reina ketika ia melihat pergerakan Reina. "Maaf," ucapnya sesal.

"Lo gak salah apa pun!"

"Maaf udah ngecewain lo, gue gak bermaksud buat rusak persahabatan kita apalagi hubungan lo sama Farhan."

Reina menghela nafas sejenak, semalam ia sudah memikirkan masalah ini. Dan Indah tidak salah.

"Gue gak nyalahin lo, gue cuman syok aja kemarin."

"Gue salah udah suka sama Farhan, Rei. Padahal gue tau dia udah punya lo."

"Gak ada perasaan yang salah. Selagi tempat dan waktunya tepat," ucap Reina meyakinkan Indah.

Indah menatap Reina sendu, sungguh, ia bersyukur memiliki Reina. "Terimakasih banyak Rei. Gue gak tau harus gimana yakini lo lagi kalau seandainya ini gak lo maafin. Lo tau kan, gue juga sama Farhan sepupuan," ucapnya.

"Ck. Iya, gue tau kok. Gue gak berhak marah sama lo, karna di sini lo juga tersakiti, Ndah. Gue paham gimana perasaan lo, karena dulu gue juga pernah ngalamin hal ini."

Indah merentangkan tangannya berharap Reina membalas pelukannya. Senyum Indah kian mengembang kala Reina menyambut pelukan tersebut. "Gue rela kehilangan cinta dari pada kehilangan sahabat gue sendiri, Rei." Bisik nya di telinga Reina.

"Lagian gue kebawa emosi aja kemarin, belum lagi masalah gue sama Farhan, eh mala denger pembicaraan lo sama Jesi lagi," ucap Reina sembari terkekeh kecil.

"Jadi, pintu keluar nya yang di sebelah sana 'kan saudari Reina Putri Mauren?" canda Indah menunjuk pintu yang tadi disebutkan Reina.

Reina tertawa mendengar 'kan perkataan sahabatnya itu. Reina terlalu bodoh bukan jika harus melepaskan sahabat demi seorang lelaki? Bukan! Bukan Reina enggak sayang sama Farhan. Bukan Reina rela kehilangan Farhan, hanya saja ini semua salah paham.

***

Nesa pusing melihat tingkah anak lelaki satu-satunya. Sedari tadi yang ia lakukan hanya berjalan seperti setrika saja.

"Kamu itu ngapain sih, Han?" tanya Nesa.

"Ma, Reina marah sama Farhan." Farhan menghempas 'kan bokongnya disofa ruang tamu.

Nesa menghampiri Farhan. Mengelus pundak anaknya dengan helaan nafas. "Mama minta maaf sama kamu, ya sayang?! Andai perusahaan papa baik-baik aja, pasti kamu gak akan melakukan hal yang buat kamu seperti ini," ucap Nesa sedih.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang