Happy reading ❤️
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Entah itu akan ada tangis atau tawa."
Ujian nasional yang berlangsung selama tiga hari itu pun telah mereka lewati dengan perasaan campur aduk. Mereka semua berusaha mengerjakan dengan semaksimal mungkin. Tinggal berharap pada hasil yang entah memuaskan atau tidak.
Setelah kejadian beberapa hari lalu, semuanya diluar kehendak Reina. Menangis yang menjadi pertanyaan teman-temannya pun Reina alihkan. Ia berdalih bahwa merindukan kehadiran orang tuanya yang tak menjenguk dirinya sewaktu di rumah sakit.
Keputusan Reina sudah bulat, ia akan mengambil alih perusahaan orang tuanya yang berada di London. Bukan ingin bertemu dengan Farhan, melainkan untuk menyibukkan dirinya dari hal yang akan mengingatkan Reina dengan sosok Farhan.
Sejujurnya, ia pun masih ragu. Bukan tak mungkin ia akan bertemu di sana nantinya.
Saat ini, Reina sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah. Mereka akan mempersiapkan diri untuk hadir di acara prom night yang diadakan setiap tahunnya.
"Gue gak bisa bayangin," ucap Jesi tiba-tiba. "Lo semua tau 'kan, gue orangnya ceplas-ceplos. Dan, gak semua orang nerima sifat kita yang seperti itu. Gue takut, kalau kita pisah gue gak bisa nemuin teman sebaik kalian," lanjut Jesi yang membuat suasana menjadi hening.
Aulia merangkul pundak Jesi, tersenyum hangat. Ia pun bersedih dengan perpisahan ini, namun siapa sangka jika pertemuan akan ada perpisahan.
"Bukan hanya lo yang sedih, Jes. Gue, Reina, Indah, Clau dan teman-teman lainnya juga bersedih. Kita boleh berpisah, tapi bukan berarti kita gak bisa bersilaturahmi 'kan?" ujarnya mencoba untuk memberi Jesi sedikit pengertian.
"Hiks ... tapi gue gak siap, Aul. Reina bakal ke London, lo semua gak ada yang satu kota sama gue. Gue mau satu kota sama lo semua, tapi bokap gue nyuruh gue ambil kedokteran di Jogja."
Reina pun berpindah posisi dari yang dihadapan menjadi disamping. "Jes, lo sama Aulia bahkan masih satu negara. Apa kabar sama gue dan Indah. Kita berdua beda negara, gue sama Indah memutuskan untuk di London, pasti bakal susah buat ketemu sama lo bertiga. Kita jauh lebih sedih, tapi ini semua kita lakukan buat menggapai mimpi kita semua."
"Gue bakal usaha buat ngomong sama bokap untuk tetap di Indonesia dan ngambil universitas di Jogja juga," saut Indah.
"Ndah!" Reina tak habis pikir. Bukannya ini impiannya buat kuliah di London?
"Gak papa, Rei. Bokap pasti ngerti apa yang gue mau. Yahh, paling harus ada drama dulu," ucapnya untuk mencairkan suasana.
"Yaudah, yuk kita pulang. Jangan lupa nanti malam!" ingat Claudia.
"Iya, Clau. Kita gak bakal lupa, lo kali yang lupa." Celutuk jesi.
"Eh-eh. Yang baru nangis udah berani ngatain gue, ya lo," tunjuk Claudia tak terima.
Reina beserta yang lainnya tertawa. Bahkan tanpa sadar sudut mata Reina berair.
***
Seseorang baru saja tiba di tanah kelahirannya. Setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki di sini, akhirnya ia berada di sini. Orang tersebut menatap sendu bandara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Ficção AdolescenteBukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak yang terbuat membuat kita belajar akan perpisahan. Reina sadar akan hubungan yang sedang ia jalani. Bersama Farhan ia membuat sebuah cerita pe...