17. Olahraga pagi

19 4 0
                                    


Setelah pertemuannya dengan rekan kerja Ayahnya sore itu, ia masih saja bergelut dengan pikirannya yang hanya tertuju pada Lucas yang kemarin ia temui apakah sama dengan Lucas yang ada pada masa lalunya atau hanya pikirannya saja. Wajahnya memang sedikit berubah, tapi setelah ia mendengar bahwa Lucas menyebutkan namanya dengan lengkap, Riko jadi sedikit yakin bahwa Lucas yang ia pikirkan dengan Lucas yang kemarin di temuinya adalah orang yang sama.

Sambil termenung di balkon kamarnya, Riko duduk di kursi bercat putih sembari menyilangkan kakinya dengan kedua tangan yang dilipat untuk dijadikan sandaran.

Meskipun sudah tengah malam,  tidur pun terasa sulit baginya sampai-sampai memutuskan untuk bersantai di balkon kamarnya dengan suasana yang sedang dingin dengan angin yang lumayan kencang.

Sesekali ia menghembuskan nafasnya kesal karena sedari tadi ponsel yang ia letakkan di meja kecil dekat dengan kursi yang sedang ia duduki terus-menerus bergetar.

Riko mengacak rambutnya frustasi sembari beralih pandang mengintip siapa nama yang sedari tadi mengirimkannya pesan yang sangat mengganggu ketenanganya.

0838xxxx
Night My Prince

Lagi sibuk nggak?

Aku boleh main ke rumah kamu nggak?

Eh iya, kapan jadwal sparing lagi sama sekolahku?

Kamu uda save nomer aku belom?

Telfon yuk? Kangennn

Jangan lupa makan yaa

Riko membaca pesan yang sedari tadi mengganggu lamunanya itu seketika bergidik ngeri dengan apa yang sudah perempuan itu lakukan.

"Gila si ni cewek, uda jaman kayak gini masih aja ngejar cowo yang uda jelas-jelas bodo amat ama dia" ucap Riko sendirian sembari beralih menuju kamarnya.

***

Hari minggu adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh semua makhluk bumi, tidak terkecuali Riko Riki yang selalu melakukan ritual olahraga paginya. Yap, tentu saja mereka akan menghabiskan hari minggunya untuk bermain basket sepuasnya di lapangan dekat komplek rumahnya.

"Lo ga pake sepatu?" tanya Riko yang sudah menggunakan pakaian lengkap untuk berolahraga dengan sepatu jordan berwarna merah favoritnya.

"Nggak" jawab Riki singkat sembari berjalan ke dapur untuk berpamitan dengan bundanya. Riko yang sedang mengekor dibelakang Riki hanya mengangguk mendengar jawaban adeknya yang menurutnya sangat tidak memuaskan HUH

"Bun, Riki sama Bang Riko mau olahraga bentar ya"

Alena yang sedang mencuci piring itupun langsung mencuci tangannya dengan sabun kemudian mengeringkan dengan handuk yang sudah bertengger di dekat wastafel yang memang disediakan khusus untuk mengelap tangan di wastafel "Eh anak kembar Bunda pagi-pagi uda mau olahraga aja, Zozo sama Ayah gak ikut?" tanya Alena pada keduanya. "Nggak Bun, takutnya ntar si duba duba kesepian" jawab Riko yang langsung dihadiai cubitan di perutnya oleh sang bunda.

"Aww sakit bun" pekik Riko sembari memegangi perutnya yang baru saja terkena cubitan tajam dari sang Bunda.

"Kamu sih! Anak perempuan Bunda satu satunya malah di katain duba duba!

"Yaudah Bun Bang Riko panggil toba toba aja. Kan cocok tuh, duba duba adeknya toba toba" ujar Riki yang masih setia dengan wajah datarnya. Alena yang mendengar ucapan Riki itu pun seraya menepuk lengan anaknya pelan sambil menutup mulutnya yang dibikin ketawa oleh ucapan Riki barusan "Yayaya bener kamu. Berarti kalian duo toba toba right?" ujar Alena sambil melanjutkan gelak tawa yang susah sekali berhenti.

MEMORABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang