Masih ga nyangka, besar banget antusiasme kalian sama cerita baruku yang satu ini. Terimakasih banyak untuk dukungannya! Also— next part bakalan mulai bergerak lebih dewasa. Harap bijak dalam memilih bacaan ya kawan-kawan.
HAPPY READING AND ENJOY 🌠
*
09
Kuberi kau waktu satu bulan untuk membuatnya jadi milikmu, Alexander Pasquale.
Alex mengerang kesal mendengar sayup-sayup suara itu lagi di kepalanya. Dua hari sudah berjalan dan belum ada pergerakan darinya untuk mengusahakan hal itu agar segera terjadi. Ia menenggak habis alkohol pada botol di sebelah tangannya dan melemparnya kencang pada dinding. Membiarkannya hancur berkeping-keping bersamaan dengan denyut di kepalanya yang kian menggila karena belum menemukan cara untuk bertemu lagi dengan Deanna.
Sebenarnya bisa saja Alex menculik wanita itu dan langsung menghamilinya bagai seorang pria pemerkosa ulung yang sangat licik. Ia memang akan melakukan itu jika diperlukan. Ia letakkan itu sebagai pilihan terakhirnya, meski sampai detik ini ia belum menemukan satu cara normal pun untuk merealisasikan keinginannya agar menjadi nyata. Alex sadar ia tidak mungkin membuat Deanna jatuh cinta padanya dalam waktu singkat, maka dari itu ia akan menggunakan cara kotor saja untuk menarik wanita itu masuk dalam hidupnya.
Cara kotor yang seperti apa? Itulah yang Alex pikirkan sejak dua hari lalu. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Faustino. Ia tidak mau menyekap Deanna atau menculiknya seperti yang sudah ia pikirkan. Pasti ada cara kotor lain yang bisa ia lakukan pada Deanna tanpa wanita itu menganggapnya kotor atau licik.
Alex meraih gelas air mineralnya yang berada di dekat situ. Meneguknya sedikit dan membiarkan air itu mengaliri tenggorokannya yang terasa panas. Pertemuan singkatnya dengan Deanna berhasil membuat kepala cerdasnya menganalisa banyak hal yang menjurus pada beberapa kesimpulan akhir. Mulai dari bagaimana cara wanita itu bersikap, caranya berbicara, nada lembutnya, atau sorot gugupnya yang selalu membuat Alex tertantang untuk membuat mata itu beradu dengannya. Kedua sudut bibirnya terangkat saat kesimpulan-kesimpulan itu ia dapatkan pada kepala cerdasnya. Ya. Deanna adalah wanita baik yang rapuh, berhati lembut, juga memiliki tingkat keseganan tinggi pada hampir semua orang yang ditemuinya. Juga mudah rendah diri dan merasa dirinya tak berharga hanya karena terlahir dan tinggal pada keadaan miskin yang begitu memprihatikan.
Jujur, rasa kasihan itu ada pada hati Alex begitu ia menginjakkan kakinya pada rumah Deanna pertama kali. Namun senyum tegar wanita lugu itu membuatnya melupakan rasa kasihan itu sejenak dan malah membuatnya fokus pada pemandangan sensual yang tersaji di hadapannya. Alex bahkan selalu berpikir ada yang salah dengan dirinya karena terus-terusan membayangkan wajah wanita pembuat kopi ternikmat yang pernah dicicipinya itu, membayangkan lekukan tubuhnya yang sedikit berisi dengan dada dan bokong yang sama padatnya. Ingin sekali rasanya ia meremas dua bagian itu, lalu— "Baiklah Alex, sepertinya kau kelelahan karena terus-menerus memikirkannya."
Alex menggelengkan kepalanya lalu meraih ponsel hitam yang ia letakkan pada saku jas nya. Menatapnya sejenak dan langsung berjengit singkat begitu sebuah ide licik melintas di kepalanya. Sebuah ide yang ditunggunya sejak tadi dan sepertinya tidak terlalu kotor untuk dimainkan. Yang terpenting adalah ide itu tidak akan memberikan kecurigaan pada Deanna. Ya! Ia akan melakukan ide brilian itu.
Dengan penuh semangat, Alex menekan nomor James yang berada pada kontaknya. Mengirimkan beberapa perintah, mengambil kunci mobilnya, dan berlari keluar dari situ.
*
Deanna mengerutkan keningnya saat membaca sebuah pesan yang masuk pada ponselnya. Berisi sebuah perintah yang membuat degup jantungnya bergemuruh kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE | END
Romance(21+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Hanya kau yang aku mau, Deanna." Tubuh Deanna menggelenyar hebat mendengar suara berat nan parau itu menegaskan keposesifannya. Ia berusaha mengusir sengatan-sengatan aneh yang menjalari tubuhnya saat sebuah sentu...