Happy 14K followers everyone! Selamat datang dan selamat membaca ya. Kalo boleh tahu, kalian awal follow aku pas cerita apa dan kenapa?? YUK JAWAB!
Silahkan komen di line jika menemukan typo dan kalimat yang gak nyambung ya. Sekali lagi, terima kasih untuk semua dukungan kalian!
HAPPY READING AND ENJOY 🌠
*
41
"Dapat melewati fase krisis adalah sebuah keajaiban, Nyonya Adrienne. Saya senang Anda dapat melewatinya dengan baik."
Deanna tersenyum tipis mendengar itu. Pun dengan Alex yang kian memberikan senyum leganya "Lalu apakah kondisinya dapat pulih total setelah ini Dokter?" dengan pandangan yang terarah pada papan jalan di sebelah tangannya, sementara tangan lainnya terulur pada berbagai alat yang terpasang pada tubuh Deanna, Dokter Thompson memberikan anggukan mantapnya "Nyonya Adrienne berada dalam kondisi yang sangat baik. Saya yakin kondisinya akan terus membaik setelah ini."
"Itu bagus." Deanna tertawa pelan menyaksikan wajah tegang pria di sebelahnya yang berangsur-angsur memudar setelah mendapatkan jawaban yang sangat ingin ia dengar. Pun dengan dirinya sendiri yang juga ingin mendengar jawaban positif itu.
Setelah memeriksa dan menyampaikan beberapa hal, Dokter Thompson pamit undur diri dan segera meninggalkan ruangan bersama dua suster yang mendampingi. Alex mengangguk sopan dan kembali duduk pada kursinya dengan tangan yang terus ia tautkan pada wanitanya sejak tadi."Kau akan sembuh Deanna."
Deanna mengangguk "Aku harap semuanya dapat berjalan dengan lancar Alex."
Alex tersenyum cerah mendengar namanya kembali disebut oleh wanita yang sangat ia cintai itu. Mata coklat gelapnya yang kini pasti terlihat sangat berbinar, terus ia arahkan pada mata sayu di hadapannya. Mata yang selalu menenangkannya, yang selalu memberinya kekuatan, juga mata yang selalu membuatnya merasa candu untuk terus memandangi bola mata indah itu setiap saat.
Bagaimana mungkin sebuah pandangan lembut dapat menganggu fokusnya untuk bekerja, bahkan mengambil alih seluruh isi pikirannya agar hanya terisi oleh wajah cantik wanita yang sangat ia cintai itu.
"Aku minta maaf Deanna." Deanna menghela napas panjang "Kau sudah mengatakannya berkali-kali sejak tadi Alex. Sudahlah."
Helaan napas frustrasi terdengar berat setelahnya. Diam-diam Deanna merasa lega melihat wajah bersalah yang diberikan Alex padanya sejak tadi, yang menandakan bahwa pria itu benar-benar mengkhawatirkannya sekarang ini. Juga tanda bahwa Alex sungguh-sungguh memiliki perasaan padanya. Perasaan tulus yang tentunya sama dengan apa yang pria itu katakan beberapa waktu lalu padanya.
"Bagaimana pekerjaanmu Alex? Semuanya lancar?"
"Untuk apa kau menanyakannya Deanna?" tanya Alex balik sembari sebelah tangannya terus bergerak untuk mengusap wajah pucat wanitanya "Aku bahkan tidak memikirkannya, aku hanya terus memikirkan dirimu."
"Aku tidak mau jika—"
"Diamlah. Dokter belum mengijinkanmu untuk banyak beraktivitas." potong Alex cepat. Deanna mengerucutkan bibirnya kesal mendengar itu, namun apa yang bisa ia lakukan selain menurut dan membiarkan Alex menaikkan selimut yang dipakainya "Sekarang pejamkan matamu."
"Untuk apa?"
"Beristirahat."
"Aku tidak mau."
"Kau harus."
"Tidak mau. Aku tidak mengantuk."
Alex menghela napas panjang "Lalu apa yang mau kau lakukan? Dokter Thompson katakan jika kau tidak boleh kelelahan dan menggerakkan tubuhmu terlalu banyak selama beberapa minggu ke depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE | END
Romance(21+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Hanya kau yang aku mau, Deanna." Tubuh Deanna menggelenyar hebat mendengar suara berat nan parau itu menegaskan keposesifannya. Ia berusaha mengusir sengatan-sengatan aneh yang menjalari tubuhnya saat sebuah sentu...