28. I Love This Kind of Feeling

40.2K 2.5K 160
                                    

Beberapa hari terakhir ini aku sedang sibuk-sibuknya mengurus sesuatu. Jadi maaf ya kalo updatenya agak siangan, hehe.

Masih gak nyangka cerita ini akan menempati peringkat #1 di tiga kategori T_T tentunya ini semua berkat kalian. Terimakasib banyak ya!

Absen dulu yang sudah baca sampai sini! Titip salam sama Alex juga gapapa, nanti aku sampein

HAPPY READING AND ENJOY 🌠

*

28

"Jadi seperti itu eencana mereka?"

James kembali membaca beberapa catatan di atas bukunya lalu memberikan anggukan mantapnya "Semua informasi yang saya berikan dapat saya pertanggung-jawabkan Tuan Pasquale."

Alex mengangguk-angguk pelan mendengar itu. Sejenak mengantuk-antukkan batang tembakau menyalanya dan kembali menghisapnya dalam diam. Bibirnya berdecih sinis "Wanita itu pikir bisa mengalahkanku? Pemikirannya benar-benar dapat kutebak. Bodoh sekali."

"Lalu rencana apa yang akan Tuan lakukan pada Nona Emerald?" tanya James yang kemudian dibalas kedikkan bahu oleh Alex "Bukankah mempermalukan ia, keluarga, dan seluruh anjing-anjing pembantunya akan terasa lebih menyenangkan daripada membunuhnga langsung?" James mengangguk mengerti.

"Aku tidak mau menghabisinya James. Biar saja wanita itu mati dengan sendirinya," tutur Alex bengis, "setelah kita berhasil membongkar seluruh aib Sisilia dan keluarganya."

*

"Aku mau kau menjadi istriku di masa depan."

Deanna menghembuskan napasnya saat sayup-sayup suara itu kembali terlintas di dalam benaknya. Mengingatkannya akan keterkejutannya saat Alex mengatakan hal itu dengan sangat gamblang di depan wajahnya. Nyatanya setelah Alex memberinya waktu untuk meresapi kata-katanya seraya ia mengusap wajahnya lembut, Deanna belum juga dapat berpikir dengan jernih. Kedua manik matanya terus ia arahkan pada Alex dengan gamang. Alex tersenyum, rupanya keterdiaman Deanna benar-benar memancingnya untuk melakukan sesuatu yang lebih manis dari itu.

Ya. Alex mengecup bibirnya lembut, perlahan mengigit bibir bawahnya dan menyusupkan lidahnya ke dalam sana. Deanna terpejam, dan entah mengapa turut membalas ciuman yang diberikan oleh Alex padanya. Ciuman yang jauh dari kata kasar dan keterpaksaan. Lalu dengan lancang, Deanna melingkarkan tangannya pada leher Alex, disusul sebelah tangan pria itu yang merengkuh kepalanya dan membuat lidah mereka semakin tertaut kian dalam.

Deanna mendesah kasar. Ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Padahal baru minggu lalu ia nyaris membunuh Alex dengan sebuah guci di kamar ini. Lalu saat Sisilia datang, semua perasaan bencinya pada Alex, memudar. Berganti dengan sebuah perasaan asing yang tidak ia ketahui namanya, pun dengan asalnya. Rasanya seperti tidak rela dan perih di saat yang bersamaan.

Deanna mengangkat pandangannya saat pintu kamar terbuka. Alex melangkah masuk. Meletakkan jas abu-abunya ke atas kasur dan langsung merebahkan dirinya di atas sofa, di sebelah Deanna "Kau sudah makan?"

"Ya, kau sudah?" tanya Deanna yang kemudian dibalas gelengan "Kenapa? Ini sudah siang Alex, sebaiknya kau makan sekarang. Deanna yang hendak berdiri, langsung ditahan oleh Alex yang dengan sedikit kencang, menarik sebelah pergelangan tangan Deanna. Membuat wanita itu terjatuh pelan di atas pangkuan Alex. Deanna memalingkan wajahnya yang memanas seketika.

"A-Alex, aku hendak-"

"Aku lapar akan dirimu Deanna. Hanya dirimu." bisik Alex rendah seraya menatap manik mata semanis madu di dekatnya intens. Deanna menyampirkan rambutnya malu mendengar itu, dengan tubuh yang sedikit tersentak saat tangannya digenggam erat oleh Alex.

YOU'RE MINE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang