HAPPY 100K READERS EVERYONE! Aku bener-bener gatau haru bilang apalagi selain terima kasih banyak untuk dukungan kalian semua sejak awal cerita ini di publish. Love you guys so much! Thanks for being here!
HAPPY READING AND ENJOY 🌠
*
44
"Jadi, kita bertemu lagi?"
Pedro nyaris saja kehilangan keseimbangan tubuhnya jika ia tidak dengan cepat menggapai kenyataan yang menampar dirinya sekarang ini. Raut wajahnya yang langsung berubah dalam sekejap, membuat seorang pria dalam balutan jas abu-abu yang kini tengah berdiri beberapa langkah di hadapannya bersama banyaknya pria bertubuh kekar yang dibawanya, mengangkat satu sudut bibirnya puas melihat itu.
"Faustino," Faustino mengangguk puas mendengar namanya disebut dengan nada yang paling ia sukai itu. Nada dimana seseorang sadar akan kematiannya yang sebentar lagi akan menghampirinya.
"Ya, ini aku. Bagaimana kabarmu?" balasnya tanpa ekspresi selain kepuasan yang terlihat nyata mewarnai wajahnya. Pedro memundurkan langkahnya takut seiring Faustino berjalan mendekatinya. Dan telak. Hanya dalam sekali tamparan, Pedro sudah jatuh terjerembap pada tumpukkan kertas yang berada di dekatnya. Tidak ada wajah kasihan, apalagi segan, Faustino hanya menunjukkan wajah datar tanpa ekspresi. Tanpa aba-aba, ia meletakkan ujung pantofel mahalnya di atas leher Pedro, membuat pria itu membelalakkan matanya dengan terkejut.
"Setelah kau berhasil mengangguku, kau masih memiliki nyali untuk menganggu sahabatku? Bukankah itu keterlaluan?" suara tawa hambar memenuhi ruang kosong di antara keduanya "Kau pikir siapa dirimu, Pecundang?" Faustino berdecih sinis saat Pedro berusaha menyingkirkan ujung sepatunya yang terus menekan leher pria itu "Beruntunglah karena Alex menyerahkanmu padaku. Karena jika tidak, mungkin ia tidak akan pernah membiarkan kau mati di bawah siksaannya."
"Kau hanya diperbudak o—uhuk!"
"Aku tidak memintamu untuk membuka mulutmu, bodoh." suara batuk yang kencang terdengar mengerikan setelahnya, Faustino tertawa kencang. Setelah memutar-mutar ujung sepatunya di atas leher Pedro, ia memutuskan untuk mengakhiri permainannya.
"Jadi katakan, apa Sisilia yang merencanakan ini semua?" Pedro mengangguk dengan cepat "Kumohon jangan membunuhku, ini semua rencananya!"
"Rencananya? Lalu bagaimana dengan semua hal yang sudah kudengar dengan alat khusus yang terpasang di seluruh tempat ini?"
Pedro terbelalak hebat mendengar itu. Jadi selama ini? Semua rencananya— "Kau pasti berbohong!"
"Untuk apa aku berbohong?" Pedro hendak membalas jawaban itu dengan sebuah umpatan sebelum akhirnya mulutnya dibungkam dengan siraman sebotol minyak yang dialirkan ke seluruh tubuhnya, termasuk ke dalam mulutnya yang masih saja terbuka. Ia terbatuk keras, dan memuntahkan seluruh minyak yang separuhnya tertelan tanpa bisa dicegah. Faustino hanya tersenyum datar melihatnya. Masih dalam posisi yang sama sejak tadi, ia menginjak wajah Pedro dengan kencang.
"AARGH!" suara raungan kesakitan yang terdengar keras, tidak menghentikan Faustino dari tindakan brutalnya. Setelah berhasil membungkam suara itu dengan puluhan injakkan yang cukup keras pada wajahnya, Faustino menyerahkan Pedro pada tangan anak-anak buahnya.
"Tidakkah kalian ingin menyaksikan sebuah pertunjukkan yang indah?" sarkasnya yang langsung mendapat seringai dari seluruh anak buahnya. Faustino menempatkan dirinya di sebuah kursi yang telah disediakan oleh salah satu anak buahnya. Dengan tangan yang memangku dagu juga sebatang nikotin menyala, ia menyaksikan seluruh persiapan yang akan menjadi pertunjukkan indahnya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE | END
Romance(21+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Hanya kau yang aku mau, Deanna." Tubuh Deanna menggelenyar hebat mendengar suara berat nan parau itu menegaskan keposesifannya. Ia berusaha mengusir sengatan-sengatan aneh yang menjalari tubuhnya saat sebuah sentu...