11. Bastard!

63.1K 3.2K 151
                                    

Bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya. Seharusnya aku update besok, tapi karena aku baik jadinya hari ini aja HEHEHE.

HAPPY READING EVERYONE 🌠

*

11

07.32 A.M

Deanna mengetatkan pelukannya pada guling besar di dekatnya. Membenamkan wajahnya kian dalam saat sesuatu yang melingkari bahunya merapatkan diri. Nyaman sekali rasanya tidur dalam pelukan seperti ini. Apa? Pelukan? Guling— Deanna membuka matanya lebar-lebar dengan wajah merah padam saat menyadari tindakan bodohnya di pagi hari ini. Ya! Ia baru saja memeluk Alex erat dan dengan sengaja mengetatkannya tanpa seijin pria itu. Dan jangan katakan jika Deanna melakukan ini sepanjang malam, karena jika iya, ia tidak tahu lagi harus bagaimana menjelaskannya pada Alex.

"Kau sudah bangun?" suara berat itu kian menyadarkan Deanna yang langsung beranjak bangun dari posisinya. Disusul Alex yang juga beranjak duduk sembari memandangi wajah manis wanitanya di pagi hari. Tanpa riasan dan terlihat natural dalam tampilan rambut dan baju yang sedikit berantakan.

"Ma—maaf Alex, aku tidak tahu, aku,"

"Tidak apa."

"Aku benar-benar minta maaf." kata Deanna lagi dengan suara kecil yang terdengar takut. Alex bahkan tidak mengerti mengapa wanita itu selalu terlihat takut padanya. Dengan cepat ia menepuk lembut puncak kepala wanita itu sebelum berjalan pelan keluar kamar. Menyisakan Deanna yang langsung mematung dalam perasaan asing yang menjalari tubuhnya secara mendadak.

*

Deanna menguncir rambut panjangnya asal, menyapukan bedak tipis, dan segaris lipbalm berwarna pada bibir padatnya. Gerakan tangannya terhenti saat ia menangkap adanya bekas kemerahan di leher sebelah kanannya. Tangannya menyentuh tanda merah itu dengan bingung. Menggaruknya pelan sembari memiringkan kepalanya bingung, "Apa ini bekas gigitan nyamuk? Tapi tidak gatal." gumamnya lalu mengedik tidak tahu. Meski sebenarnya bentuknya tidak seperti gigitan nyamuk sebenarnya, tapi sudahlah.

Deanna merapihkan kaus putihnya sekali lagi sebelum akhirnya berjalan keluar kamar. Meletakkan tas dan apron kerjanya di atas meja lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Alex yang sedang berjalan keluar. Entah untuk apa, tapi pria itu tidak mengatakannya. Meninggalkan Deanna dengan penyesalan besar atas tindak kecerobohannya tadi pagi. Duh!

"Apa Alex benar-benar tidak masalah saat aku memeluknya tadi?" gumamnya pelan dan kembali mengernyitkan matanya kesal atas insiden yang terlalu ceroboh menurutnya itu. Meski aura gelap Alex yang biasanya menyelimuti tubuh gagahnya itu, berubah jadi lebih bersahabat tadi pagi, tetap saja tidak menutup kemungkinan bahwa pria itu akan mengungkitnya lagi dan berujung pada kemarahan. Dengan gertakan demi gertakan juga napas kasar mengintimidasi. Deanna benar-benar takut hal itu akan terjadi lagi padanya.

Deanna menggelengkan kepalanya lelah. Lebih baik ia cepat menghidangkan sarapan ini dan pergi bekerja sebelum terlambat. Sebelah tangannya memindahkan beberapa kue pan di hadapannya ke atas piring dan langsung meletakkannya di atas meja. Menuangkan segelas teh untuk Deanna dan kopi untuk Alex. Disaat yang bersamaan, Alex kembali berjalan masuk dengan kemeja putih dan celana bahan formal yang terlihat sangat pas pada kaki jenjang atletisnya. Menyugar rambut setengah basahnya dengan aroma maskulin yang sangat kental memenuhi dirinya. Membuat Deanna terpaku memandangi tampilan segar yang sangat menawan itu. Dan tanpa sadar, semburat rona kemerahan itu muncul pada dua pipinya bersamaan.

Tanpa mempedulikan tatap kagum Deanna padanya, Alex langsung mengenyakkan bokongnya pada kursi di hadapannya. Meraih gelasnya dan menyesap kopi kesukaannya itu dengan kenikmatan luar biasa. Ia mendesah gusar kala lidahnya kembali mengecap rasa kopinya, andai saja ia bisa menikmati kopi ini setiap saat tanpa harus meminta James untuk membelikannya jauh-jauh ke pinggiran kumuh ini.

YOU'RE MINE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang