Persiapkan hati untuk membaca part ini ya 😭 silahkan jawab pertanyaan aku di bawah. Terima kasih semua untuk dukungannya!
HAPPY READING AND ENJOY 🌠
*
37
"Kau yakin akan rencana pertamamu ini Sisilia?"
Suara dengusan tidak suka langsung menjawab pertanyaan Pedro setelahnya "Kau meremehkanku Pedro." balasnya memberenggut lalu menghisap batang tembakau menyalanya dalam-dalam, memenuhi sekitarnya dengan kepulan asap putih yang begitu pekat.
"Aku hanya bertanya bodoh."
"Oh ya?" Pedro menggelengkan kepalanya malas "Aku sudah katakan padamu untuk selalu mengevaluasi setiap rencana yang akan kau lakukan. Dan aku—"
"Diamlah Pedro. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Dan aku yakin rencana ini akan berhasil." potong Sisilia yang malas mendengarkan ceramah tidak berguna dari pria di hadapannya sekarang. Ia kembali mengarahkan pandangannya pada layar ponsel di hadapannya. Membaca pesan demi pesan yang berisi informasi penting, yang berkaitan dengan jalannya rencana pertama yang akan dilakukannya hari ini.
"Tapi jika kau gagal, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain pergi menjauhimu." tandas Pedro kesal. Suara deritan kursi yang terdengar nyaring saat ia beranjak dari tempatnya, langsung membuat Sisilia murka dengan sendirinya. Wanita itu melempar botol alkoholnya dengan tidak suka ke arah dinding "Aku pastikan rencanaku akan berhasil! Dasar kau pria pengecut!"
"Ya, terserah padamu wanita sundal."
*
Di sebuah ruang kamar bergaya klasik berukuran sangat besar, seorang wanita tengah duduk terdiam di atas kasur dengan layar televisi yang menyala. Pandangannya memang terarah pada benda di hadapannya, namun pikirannya sepertinya sedang melayang karena kegelisahan yang tidak juga memiliki ujung. Bahkan suara nyaring jam yang sudah berdentang sebelas kali pun seperti tidak sanggup untuk menganggu pikirannya yang sedang kalut, yang seolah menarik seluruh fokus wanita itu dari hal-hal apapun yang terjadi di sekitarnya.
Bahkan ia tak dapat merasakan, adanya hawa kejanggalan yang mulai bermunculan dan perlahan merebak ke seluruh kamar.
Deanna menghela napas lelah. Sebelah tangannya kembali meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya. Wajah murungnya kian bertambah kusut saat ia tak menemukan balasan pesan apapun di atas sana.
Ya. Setelah berkutat dengan pemikiran dan asumsi-asumsinya mengenai kepergian Alex yang begitu mendadak, Deanna memutuskan untuk mengirim pesan pada pria itu. Hanya pesan singkat yang berisi,
Apa kau sudah tiba? Bagaimana kabarmu Alex?
Hampir sepuluh jam berlalu dan ia tidak kunjung mendapatkan balasan apapun dari pesan yang sudah dengan berani dikirimkannya itu. Andai saja Alex tahu betapa sulitnya ia untuk menekan tombol kirim setelah ia selesai menuliskan pesan, andai saja pria itu tahu. Tapi sepertinya Alex tidak akan menyangkanya, atau mungkin karena pria itu tengah menghabiskan waktunya di atas tubuh wanita lain? Maka ia tidak punya waktu untuk membalas pesannya? Jika iya, terkutuklah pria itu dengan segala kebejatannya.
Meski sebenarnya Deanna tidak yakin dengan perasaannya, entah mengapa pedih sekali rasanya untuk membayangkan alasan yang satu itu. Dan meski sejak awal Deanna tahu bahwa Alex adalah seorang pria yang senang menghabiskan waktu dengan banyak wanita, rasanya untuk tetap tenang ketika memikirkan hal itu adalah hal paling mustahil yang dapat dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE | END
Roman d'amour(21+) FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA "Hanya kau yang aku mau, Deanna." Tubuh Deanna menggelenyar hebat mendengar suara berat nan parau itu menegaskan keposesifannya. Ia berusaha mengusir sengatan-sengatan aneh yang menjalari tubuhnya saat sebuah sentu...