10. A Tempting Night

60.5K 3.2K 108
                                    

Banyak banget yang penasaran sama kelanjutannya WKWK, yaudah ini aku update deh!

HAVE A NICE DAY EVERYONE 🌞

*

10

Deanna mengusap air matanya yang terus mengalir melalui sudut-sudut matanya bersamaan dengan hujan yang turun dengan deras diluar sana. Dan disinilah Deanna berada. Menghangatkan diri dibalik selimut tua di dalam kamar kecilnya yang berisi banyak ember untuk menampung rembesan air yang masuk. Suara nyaring air yang menderu pada jendelanya juga pada ember-ember di kamarnya, membuat Deanna tidak sadar bahwa pintu rumahnya sudah diketuk berkali-kali diluar sana. Barulah setelah ia hendak membuat coklat panas untuk dirinya, Deanna tersadar ada seseorang yang terus menggedor meminta dibukakan pintu.

"Deanna!"

Deanna tersentak mendengar suara bariton yang tergesa itu. Dengan cepat ia berlari menuju pintu dan langsung terlonjak kaget melihat Alex dalam kebasahannya memaksa masuk dan menghembuskan napas kesalnya pada Deanna, "Kau sengaja membuatku kebasahan diluar?"

"A—aku sedang berada di kamarku daritadi," balas Deanna pelan. Takut-takut jika Alex akan menggertaknya lagi dengan aura gelap yang selalu membuatnya takut. Alex menyeka wajahnya yang penuh air. Reflek, Deanna menarik Alex menuju kamarnya. Membuat tubuh pria itu berjengit kaget dengan sentuhan hangat yang menggenggamnya erat itu.

Deanna segera membuka lemari besarnya. Mengambil handuk, celana santai, dan sebuah oversized sweater miliknya yang berwarna oranye, "Kau bisa gunakan ini untuk mengganti baju basahmu."

"Dengan ini?" tanya Alex tidak percaya. Oranye dan warna terang semacam itu adalah deretan warna yang paling dibencinya, dan sekarang Deanna justru menyuruhnya mengganti baju dengan warna itu.

"Aku tidak punya baju besar yang lainnya Alex," tutur Deanna pelan "Setidaknya kau bisa—"

"Baiklah-baiklah. Dimana kamar mandinya?"

*

Seulas senyum simpul langsung terkembang pada wajah Deanna begitu Alex berjalan ke arahnya dengan sweater oranye yang terlihat sangat pas di tubuhnya. Berbanding terbalik dengan ekspresinya, Alex justru mendengus kesal melihat itu.

"Kau mau mengejekku?" Deanna menghembuskan napasnya pelan mendengar itu. Apa senyumnya terlihat seperti mengejek barusan? Tanpa kata-kata, ia meletakkan segelas kopi hitam buatannya di hadapan Alex. Juga sepiring biskuit susu yang senantiasa menjadi pendamping minuman hangat apapun yang ia buat. Setelahnya Deanna mencuci beberapa piring kotornya dan memeriksa wadah-wadah yang ia letakkan untuk menampung rembesan air pada atapnya.

Alex mendesah lega saat hidungnya kembali menghirup aroma kopi yang selalu dipujanya itu. Menyesapnya pelan dan kepuasan itu kembali menjalari indra pengecapnya yang melukiskan senyum pada wajahnya. Lalu pandangannya terangkat pada Deanna yang sedang sibuk menyeka piring-piring basah di hadapannya. Membiarkan Alex menikmati bokong padatnya yang hanya terbalut celana pendek ketat yang sangat— menggoda. Alex menyesap kopinya kembali dan langsung merutuk kesal saat bagian bawah tubuhnya mendadak terbangun karena pemandangan yang dilihatnya ini. Paha mulus Deanna dengan kaus santai tipis berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Juga rambut coklat tergerainya yang terus mengikuti gerak tubuhnya.

"Ada apa kau ke rumahku tiba-tiba Alex?" tanya Deanna menyadarkan Alex dari lamunan kotornya. Pria itu berdeham sejenak dan membetulkan posisi duduknya, "Hanya mampir."

"Mampir?"

"Ya, untuk melihat keadaanmu."

Jawaban itu, ah— Deanna merasa hangat karenanya. Namun ingatan akan kejadian di malam dimana Alex meninggalkannya membuat raut senang itu memudar seketika, "Untuk apa? Kupikir kau tidak memperdulikanku."

YOU'RE MINE | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang