Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚
Rendra dan Naya sudah berada di dalam mobil. Rendra tidak langsung menjalankan mobilnya. Naya juga diam saja sejak berpisah dengan teman-temannya.
"Teman-teman kamu serem juga ya," komentar Rendra.
Walaupun selama bertemu dia memasang wajah sok cool, Rendra sempat kewalahan menanggapi serangan pertanyaan Loli dan Ghina. Untung saja Gladis bisa membantu membuat keduanya tenang.
"Hmm," gumam Naya sebagai jawaban. Matanya terpaku melihat ke arah luar jendela.
"Naya," panggil Rendra lembut.
"Iya?" sahut Naya. Ia menoleh.
"Are you really craving for my attention?"
Naya menghela napas panjang. "Aku juga baru tahu, Kak."
"Jadi, apa yang Loli bicarakan tadi, bener?" tanya Rendra sambil sedikit menunduk. Ia ingin melihat wajah Naya dengan lebih jelas.
Naya tersenyum tipis. "Mau yang dingin-dingin nggak, Kak? Tiba-tiba aku kangen Ciao Gelato di Gejayan."
Rendra melirik jam di dashboard mobil. "Masih ada waktu sebelum harus siap-siap ke Jakarta."
"Tapi kalau Kak Rendra mau pulang, nggak papa kok," sambung Naya.
Pasalnya, Rendra itu selalu menolak ajakan "nongki cantik" kalau memang tidak ada hal yang harus dibahas. Boro-boro pergi bareng, kirim pesan singkat aja kalau ada kebutuhan. Makanya, Naya tidak enak hati kalau Rendra jadi terpaksa menuruti keinginannya.
"Aku mau ice cream, kok," jawab Rendra. Dia mulai menurunkan rem tangan dan menyalakan mesin mobil. Rendra tersenyum sekilas. "Kita ngobrol-ngobrol ya."
Naya balas tersenyum. Gadis itu mengangguk.
"By the way, Kak," ucap Naya setelah mobil keluar dari tempat parkir. "Ice cream sama gelato itu beda lho."
"Tahu, kok," jawab Rendra. Pandangannya terfokus ke jalan. "Biar lebih mudah."
"Suka-suka Kak Rendra aja," ucap Naya.
Rendra tertawa kecil. Dia menyetir mobil dengan tenang.
Selama perjalanan tidak ada percakapan yang tercipta. Dari dulu Naya dan Rendra memang begitu. Tidak perlu banyak kata untuk memecah kecanggungan. Mereka nyaman satu sama lain dalam keheningan.
Mereka sampai dalam kurun waktu sepuluh menit. Dengan semangat Naya turun lebih dulu. Selain karena sudah lama dirinya tidak makan gelato, Naya excited karena ini pertama kalinya Rendra mau pergi jalan santai bersama dengannya setelah sekian lama.
Ingat lho ya. Bersantai. Nggak belajar, nggak ngomongin persiapan nikah. Murni membunuh waktu bersama.
"Kamu mau apa?" tanya Rendra yang sudah berdiri di balik punggung Naya.
"Bentar aku mikir dulu," ucap Naya.
"Kelamaan," ucap Rendra. "Aku baru masuk aja sudah tahu mau milih yang mana."
Naya menoleh ke belakang. Dirinya merengut protes. Kedua alisnya menyatu, bibirnya mengerucut.
Melihat hal itu Rendra malah tersenyum hangat. Tangannya bergerak menepuk-nepuk kepala Naya. Cowok itu mengedikkan dagunya, menyuruh Naya kembali memilih.
"Take your time."
Naya menurut. Dia kembali mengamati deretan gelato di balik kaca etalase.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Good to be Home
Romance[COMPLETE] Katanya jodoh saling menemukan. Katanya jodoh itu sudah diguratkan sebagai jalan hidup. Lantas, bagaimana jika pernikahan Naya dan Rendra dihadapkan pada ancaman sebuah perceraian? Apakah mereka bukan pasangan yang tepat? Bukan takdir ya...