23.

862 76 0
                                    

Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚

Pagi-pagi Naya sudah semangat dengan kaos dan celana panjang serta rambut dikuncir ekor kuda. Amunisinya adalah alat pemotong rumput. Setelah selesai membuatkan sarapan untuk Rendra dan Mark, wanita itu berlalu ke halaman belakang. Naya dan suaminya saat ini sedang menginap di rumah utama.

Sepulang Naya dari rumah sakit, wanita itu kembali ke apartemen dengan ditemani Rendra. Ia tidak langsung istirahat, malah asyik menggambar komik. Saat semua cara sudah ia coba untuk memperbaiki suasana hati namun tidak ada yang berhasil, ia menghampiri Rendra yang terduduk di sofa ruang tengah dengan mata tertutup.

"Kak Rendra," panggil Naya. Ia duduk di sebelah sang suami.

"Iya, Naya. Ada apa?" tanya Rendra. Pria itu memaksakan seulas senyum, padahal wajah tampannya terlihat sangat lelah.

"Aku boleh pulang nggak?"

Kedua alis Rendra terangkat. Dia tidak mengerti. "Mau pulang kemana, Naya? Ini rumah kita."

"Aku mau ke rumah keluarga aku, di Palagan," jawab Naya. "Boleh? Aku nggak maksa kok, Kak."

Rendra tersenyum. Ini permintaan pertama Naya sejak keluar dari rumah sakit. Bahkan Naya terkesan segan untuk mengatakannya.

"Boleh, kok. Kita nginep di sana selama yang kamu mau," jawab Rendra. Tangannya bergerak mengelus wajah Naya.

"Makasih, Kak," ucap Naya. Dia kembali berdiri. Padahal Rendra baru saja mau memeluknya.

"Mau kemana?" tanya Rendra tak rela.

"Mau persiapan. Banyak barang yang mau aku bawa," jawab Naya. Masih tidak ada senyuman di wajahnya. "Kita langsung berangkat sekarang juga, kan?"

Rendra menghela napas. Dia hanya mengangguk pasrah.

"Nay," panggil Mark. Kakaknya itu datang dengan rambut berantakan. "Ngapain? Masih dingin gini."

"Rumputnya sudah tinggi, Kak," jawab Naya.

"Ini masih jam lima," ucap Mark. Dia memakai sandal dan menarik sang adik untuk masuk ke dalam rumah. "Kamu tuh kebiasaan banget, pulang ke rumah malah langsung beres-beres."

"Mumpung belum ada matahari, Kakak. Biar nggak panas," kilah Naya tak mau kalah.

"Nanti Kakak panggil tukang kebun aja. Dari kemarin belum sempat," ucap Mark sambil mendudukkan Naya di kursi meja makan. "Temenin Kakak sarapan."

"Heleh, biasanya juga makan sendiri," balas Naya.

"Kan ada kamu, masa makan sendiri. Kelihatan banget kalau jomblo."

"Jomblo bahagia mah nggak papa, Kak," ucap Naya sambil tersenyum iri.

Mark balas meledek. "Kamu sih sudah nggak kesepian karena ada temen makan tiap hari."

"Nggak juga tuh, Kak Rendra tetap sibuk," keluh Naya.

Mark meringis melihat wajah sendu Naya. Tangannya bergerak mengacak rambut sang adik.

"Ya sudah. Kan sekarang lagi di rumah. Tumben banget kalian tinggal di sini lama-lama. Alasannya cuma mau berlibur."

Naya meringis. Dia meminta Rendra untuk merahasiakan fakta bahwa kemarin dirinya sempat opname. Naya tidak mau membuat sang kakak khawatir.

"Sebelum aku kuliah lagi, Kak. Terus sekarang kan sudah nggak kerja. Mending isi waktu luang beresin rumah aja, kayak dulu," ucap Naya.

Mark tersenyum. "Kalau gitu makan," perintah Mark. Ia sendiri sudah menarik mangkuknya mendekat.

It's Good to be HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang