Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚
"Naya pulang!"
Naya meletakkan kantung belanjaan di atas meja dapur. Ia melepas sepatu dan meletakkannya di rak penyimpanan.
Rendra bergegas. Dia turun dari kasur dan menuju ruang tengah. Pria itu berniat menyambut kepulangan sang istri.
"Kak Rendra, kok sudah pulang?"
"Nggak seneng, nih?"
Naya tertawa. Dia berjinjit dan menjatuhkan kecupan ringan di pipi kiri Rendra.
"Seneng dong. Cuma kaget aja. Kan ini masih siang, kirain bakal pulang sore."
Rendra tersenyum. "Residen yang gantiin sudah datang. Ya sudah, aku langsung pulang aja."
Naya mengangguk paham. Dia mulai mengeluarkan satu per satu bahan belanja dari tas.
"Aku bantuin sini," ucap Rendra menawarkan bantuan.
"Masukin telur ke kulkas aja, Kak. Makasih."
Rendra menurut. Dengan hati-hati, dia melakukan perintah Naya. Pria itu selalu mengerjakan semua hal dengan sungguh-sungguh.
"Kak Rendra sudah makan?" tanya Naya.
"Sudah makan di rumah sakit sebelum balik ke sini," jawab Rendra tanpa merasa terganggu sedikit pun.
"Kok tiba-tiba aku mau sop ayam Pak Min ya?" tanya Naya.
Rendra menoleh sekilas. "Kamu belum makan?"
"Sudah," jawab Naya. "Karena Kak Rendra baru balik dari Klaten, tiba-tiba pengin makan itu."
Rendra terkekeh mendengar ucapan sang istri. Alasan macam apa itu?
"Mau masak? Atau delivery aja?" tanya Rendra pengertian.
Tangan Naya berhenti bergerak. "Ke warungnya langsung yuk, Kak. Kan sudah lama kita nggak makan di luar. Hitung-hitung sekalian jalan kencan."
Rendra menoleh ke arah Naya. "Serius? Kamu nggak capek habis belanja sebanyak ini sendirian?"
Naya mengangguk semangat. "Ayo dong, Kak. Habis makan, kita pulang. Janji nggak bakal lama, biar Kak Rendra juga bisa istirahat."
Rendra mengangguk. Ia menutup pintu kulkas. "Okay, kalau gitu aku siap-siap dulu."
"Yey!"
---
Rendra menghabiskan satu suapan terakhir dengan tenang. Di hadapannya, Naya sudah selesai sejak lima menit yang lalu. Sungguh hal yang jarang terjadi. Apalagi Naya terkenal kalau makan itu butuh waktu yang lama.
"Kok makan es batu gitu? Bukannya punya gigi sensitif?" tanya Rendra sambil mengernyitkan dahi.
Naya memegangi kedua pipi. Mulutnya tetap mengunyah es batu. Sesekali bahunya bergetar. Kelopak matanya merapat.
"Lagi pengin aja," jawab Naya. Wanita itu melihat ke arah gelas berisi es jeruk milik Rendra. "Aku boleh minta es Kak Rendra nggak?"
Rendra hanya mengangguk. Dia tidak banyak mengomentari kelakuan aneh Naya. Tidak aneh sih, hanya tidak biasa.
"Jangan dipaksain gitu. Cari penyakit," ucap Rendra akhirnya. Ia menarik gelas dari depan Naya ketika wanita itu lagi-lagi menunjukkan gejala bahwa giginya linu.
Naya merengut. Ia mengedip-edipkan matanya lucu. "Satu lagi, Kak. Janji habis itu udahan."
"Bener ya? Cuma satu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Good to be Home
Romance[COMPLETE] Katanya jodoh saling menemukan. Katanya jodoh itu sudah diguratkan sebagai jalan hidup. Lantas, bagaimana jika pernikahan Naya dan Rendra dihadapkan pada ancaman sebuah perceraian? Apakah mereka bukan pasangan yang tepat? Bukan takdir ya...