Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚
"Kak, yang ini gimana?"
Rendra mengangkat wajahnya dari layar ponsel. Dia melihat Naya yang sedang berdiri dengan balutan gaun putih di tubuhnya. Gaun pengantin model off shoulder itu tampak cantik dipakai oleh Naya.
"Bagus," jawab Rendra.
Naya menghela napas panjang. Sudah ada tiga gaun yang dia coba, tapi jawaban Rendra sama semua. Cuma satu kata, bagus. Naya mengajak calon suaminya itu untuk meminta pendapat, bukan malah menambah dirinya bingung.
"Jawabnya yang bener dong, Kak."
Rendra mengangkat alis. "Memang bagus. Semua yang kamu pakai jadi bagus."
Okay, andaikan saja Rendra sedikit tersenyum saat mengatakan kalimat tadi, perasaan Naya pasti sudah dibawa terbang ke awan. Eits, jangan mimpi di siang bolong. Rendra bilang begitu dengan raut wajah datar seperti biasa. Bikin Naya yang dengar malah jadi keki.
"Kasih review yang jelas. Jangan cuma bilang bagus," Naya mulai hilang kesabaran.
"Kamu sukanya yang mana?"
"Suka semua," jawab Naya. Dia menunduk memperhatikan gaun yang sedang ia pakai.
"Nah kan, kamu juga nggak jelas suka yang mana."
Naya mengangkat wajahnya. Dia terkejut dengan ucapan Rendra. Bikin darah tinggi.
Rendra tersenyum. Ia berdiri dan berjalan menghampiri Naya. Tangannya menepuk puncak kepala gadis yang saat ini tampak lebih tinggi darinya karena sedang berdiri di sebuah panggung kecil.
Nah, kalau begini, Naya jadi tidak bisa marah. Adem banget kalau Rendra sudah puk-puk kepalanya seperti sekarang.
"Kamu siap dengerin opini aku?"
"Hah?" mulut Naya sukses terbuka.
"Nanti ujung-ujungnya kamu ngeluh karena merasa dikasih kuliah. Kamu mau dengar nggak?" tanya Rendra lagi.
Naya dengan ragu mengangguk. "Boleh, deh. Biar cepet milihnya."
Rendra menegakkan punggung. Raut wajahnya berubah serius. Tangan kanan terlipat di depan dada, tangan kiri mengusap dagu. Bahasa tubuh yang ia gunakan jika sedang berpikir.
"Gaun yang pertama," Rendra menyentuh benda yang ia maksud dari gantungan baju. "Garis pinggangnya tinggi, ada di bawah dada. Kamu bakal keliatan lebih jenjang kalau pakai ini. Apalagi kamu kan pendek."
Bibir Naya maju karena dikatai pendek. Kan bisa dipoles dikit jadi kata mungil. Dasar, Rendra!
"Gaun yang kedua." Rendra beralih ke sebelah. "Kalau aku cari di internet, ini sih namanya model A-line dress. Dari pinggang ke bawah melebar. Bagian atas tubuh kamu jadi poin utamanya. Menurut aku cocok, soalnya badan kamu kan bagus, sudah yoga dari dulu, kan?"
"Kak Rendra," lirih Naya dengan pipi memanas.
Gadis itu melirik ke arah stylist yang sedang menahan cekikikan. Kalau orang lain dengar kan bisa salah sangka. Dikiranya Rendra sudah lihat badan Naya full naked, atau parahnya, dikira mereka sudah "main" sebelum menikah.
"Nah, yang ketiga." Bagai tidak mendengar panggilan Naya, Rendra menunjuk gaun yang sedang dikenakan Naya. "Modelnya simpel. Bagian roknya juga nggak aneh-aneh. Cuma ya, lekuk badan kamu jadi lebih kelihatan karena potongannya yang sempit, bahu kamu juga terbuka."
"Jadi?" tanya Naya dengan wajah semerah kepiting rebus. Saat ini Rendra masih menatap tubuhnya dengan intens.
"Kamu nyaman pakai yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Good to be Home
Romance[COMPLETE] Katanya jodoh saling menemukan. Katanya jodoh itu sudah diguratkan sebagai jalan hidup. Lantas, bagaimana jika pernikahan Naya dan Rendra dihadapkan pada ancaman sebuah perceraian? Apakah mereka bukan pasangan yang tepat? Bukan takdir ya...