Sembilan belas

15.8K 1K 20
                                        

Dua pasang kaki itu terus berlari kecil mengelilingi jogging track taman komplek. Deru napas Anna sudah terdengar tidak stabil, kakinya sudah terasa lemas seperti tidak bertenaga. Dia memilih berhenti sejenak, untuk menghirup oksigen dan mengaturnya secara perlahan.

Baru beberapa detik Anna mengatur napasnya agar kembali normal, dia sudah ketinggalan jejak langkah suaminya.
Anna menyerah, percuma dia melanjutkan lari karena Kavin sudah meninggalkannya jauh.

Anna berjalan dengan pelan menuju bangku di bawah pohon palem. Dia meraskan kakinya gemetar dan badannya lengket oleh keringat. Bulir peluh membasahi di sela surai Anna.

"Capek?" Anna mendongak, lalu mengambil satu botol cairan isotonik yang Kavin sodorkan untuknya.

"Baru tiga puluh menit kita berlari, tapi kamu sudah menyerah." Kavin menjatuhkan bokongnya pada kursi.

Anna berdecak sebal, kalau bukan Kavin yang mengajaknya, mana mau dia ikut. Lebih baik Yoga tiga jam di rumah daripada lari beberapa kali putaran. Hanya membuat kakinya lemas.

"Aku kira kamu terus lari meninggalkan aku." Protes Anna yang sudah menghabiskan separuh minuman itu.

"Tidak, tadi aku membeli minum di sana" Kavin membuang pandang ke arah pedagang keliling.

"Sarapan?" Tawar Kavin dengan tangan mengusap kepala Anna.

Anna mengangguk penuh semangat. "Bubur ayam, di sana." Usul Anna dengan menunjuk ke arah seberang jalan.

Ketika pagi itu, dua bulan yang lalu, setelah Anna mendapati dirinya bangun tidur dalam dekapan Kavin. Sekarang suami diamnya sudah tidak ragu lagi melakukan kontak fisik langsung dengannya. Perhatian demi perhatin Anna dapatkan dari laki-laki dingin yang kini sudah berubah sedikit lebih hangat. Bukankah itu kebahagiaan tersendiri untuk Anna, dia tidak menyangka Kavin akan berubah secepat ini. Walaupun Kavin masih sedikit pendiam, tetapi itu bukan masalah bagi Anna.

🍃🍃🍃

Kavin memperhatikan wajah tenang Anna yang masih terlelap dalam pelukan hangatnya. Bisa dibilang ini adalah kebiasaan pagi Kavin yang menyenangkan, dia selalu tersenyum seperti orang bodoh.

Anna menggeliat pelan dan perlahan membuka mata dalam pelukannya. Dengan cepat Kavin menutup matanya kembali, dia tidak ingin kebiasaannya di ketahui oleh Anna.

Kavin merasakan usapan lembut di rambut pendeknya, dan tangannya di pinggang kurus Anna sudah berpindah tempat terkulai di atas kasur. Istrinya itu sudah melepaskan belitan tangan hangatnya.

Mata Kavin terus terpejam, dia tau Anna masih berada di dalam kamar, karena biasanya Anna akan turun ke dapur jika sudah rapi.

Terdengar suara pintu tertutup, Kavin segera bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Entahlah, hari ini dia ingin melihat Anna berkutat di dapur. Semenjak menikah lagi Kavin mempunyai banyak kebiasaan baru.

"Pagi!" Ucap Kavin dengan suara dingin dan senyum iritnya.

Anna tersenyum sangat manis mendengar suara suaminya, akhirnya kata itu keluar dari mulut Kavin. "Sarapannya belum selesai, tunggu sebentar. Minum kopi saja dulu, sudah aku buatkan di atas meja makan." Jelas Anna penuh samangat.

Kavin mengangguk patuh, dia duduk di kursi dan menikmati kopi hitam favoritenya. Matanya tidak lepas memperhatikan gerak tubuh Anna. Kavin melamun, dia berdecak dan menggelengkan kepalanya. "Bodoh, apa yang telah aku pikirkan." Ucap Kavin pelan, lalu dia meneruskan kegiatan menyesap kopi hitam di tangannya.

Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang