Gadis itu berjalan dengan anggunnya di catwalk. Kim Sungyeon memperhatikan gadis yang berjalan ke arahnya di atas panggung berkarpet merah itu dengan bangga. Bagaimana tidak? Adiknya, Kim Sungmi, kembali ke Indonesia dan menerima tawaran menjadi model di Indonesia! Nampak biasa saja, tapi tidak bagi Kim Sungyeon. Membantu adiknya untuk melalui masalah bukan hal yang mudah. Penderitaan yang Sungmi telah hadapi menyayat hati. Ketakutan Sungmi akan orang-orang yang akan menghakimi dan memandang Sungmi sebelah mata membuat Sungmi takut menghadapi orang banyak.
Sungyeon melebarkan senyumnya. Di sinilah, Sungmi, menunjukkan diri Sungmi ke hal layak banyak. Sungyeon menundukkan wajahnya, lalu menghela nafas. Ia menggosok-gosok lengannya yang terbuka karena gaun lengan buntung yang ia pakai. Kini ia tak perlu mengkhawatirkan lagi adiknya yang tinggal jauh darinya, ia hanya perlu menjaganya.
Selesai Fashion Show dari desainer baju yang juga adalah teman Sungyeon, ia berderap ke belakang panggung. Setelah bertemu mata dengan adiknya, tanpa pikir panjang ia segera memeluk adiknya.
"Jjangida uri dongsaeng (kerennya adikku)! Kau membuatku bangga, Sungmi-yah! Eotteohke hanbang-e geureohke jarhaetdae (bagaimana kau bisa berhasil dalam satu kali coba)?" sahut Sungyeon pada adiknya, Kim Sungmi, dalam helaian rambut adiknya. Memang, tinggi mereka tidak begitu berbeda, membuat kepala Sungyeon bertumpu pada pundak Sungmi.
Sungmi memeluk Sungyeon balik. Ia menumpukan jidatnya, menyembunyikan kepalanya di dalam bahu Sungyeon. "Himdeureosseoyo, eonni (aku lelah, kak)"
Kata-kata itu melelehkan hati Sungyeon. Sungyeon melihat sendiri betapa adiknya menderita dari hujatan-hujatan di sekolah dahulu. Bahkan ia menyaksikan sendiri adiknya pulang dengan badan basah dan penuh tepung. Sungyeon mencengkram lengan gaun Sungmi. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga adiknya.
Cengkramannya melemah, tangannya beralih ke punggung Sungmi. Sungyeon menepuk pelan punggung Sungmi. Ia bisa merasakan badan Sungmi yang bergetar dalam pelukannya. Aku tidak boleh lemah saat ini, aku malah harus tegar dan menguatkan Sungmi, pikirnya. "Di sini Indonesia, lalu ada kakak di sampingmu. Jikyeojulge, ani, noryeokhalge (Aku akan menjagamu, tidak, aku akan berusaha menjagamu)."
Sungmi mengangguk dalam pelukan Sungyeon. Melihat adiknya mempercayai Sungyeon membuat Sungyeon sedikit demi sedikit memaafkan dirinya yang tak bisa membantu Sungmi saat di Korea. Merasakan tubuh Sungmi yang sudah tak bergetar, Sungyeon melepaskan pelukannya. Ia menyelipkan rambut Sungmi ke belakang kuping yang menghalangi wajah cantik Sungmi. "Eonni sudah mengurus sekolahmu dan besok kamu sudah bisa sekolah. Eonni akan ke apartment, kamu mau ikut?"
Sungmi mengangguk menandakan 'iya' yang langsung disambut genggaman Sungyeon yang menariknya keluar.
~~~
Sungmi mendongak, membaca tulisan besar yang tertempel di dinding, SMA Wiyata. Ia menghela nafas, melangkah masuk kemudian melewati koridor menuju ruang guru untuk menemukan kelasnya. Sepanjang ia melangkah, ia merasakan pandangan murid-murid di koridor yang memperhatikannya dan itu membuatnya merasa tidak nyaman. Baru masuk sekolah saja ia sudah menarik perhatian? Ia sedikit menunduk dan mempercepat langkahnya. Ia masih bisa merasakan orang-orang di koridor mengikuti langkahnya.
Namun langkahnya terhenti saat melihat sepatu pink dengan kaos kaki putih di hadapannya. Ia menaikkan kepalanya untuk melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Seorang gadis. Gadis itu tersenyum lebar. "Hai! Aku Diandra Attaya Nasution..."
Suara gadis itu melemah perlahan. Gadis itu membeku. Matanya perlahan melebar, seperti tidak percaya akan penglihatannya. Gadis itu terkesiap lalu melengkingkan suaranya. "Sungmi-yah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Enamor
FantasyTentang bagaimana sang rembulan yang sinarnya kian saat meredup dan sang mentari yang membantu sang rembulan kembali bersinar. Yang tanpa disadari, berjalannya waktu sinar mentari meredam. Sebuah takdir yang tidak dapat dihindari. Murid SMA pindahan...