Chapter 12 : Detrimental

11 1 0
                                    


[Berita Terbaru] Tabrakan di Depan Rumah Makan Padang, Pemilik Truk Tidak Kabur


Membaca judul berita kecelakaan semalam membuat Sungmi menghela nafas. Untungnya, supir truk itu tidak tabrak lari. Walaupun supir truk tersebut bukan orang yang memiliki truk, namun pemilik truk bertanggung jawab membayar rumah sakit orang yang tertabrak tersebut. Orang itu selamat dan memilih jalur damai. Sebagai gantinya, supir truk itu dipecat karena lalai dalam menyetir.

Tenang, Sungmi menghela nafas lega. Sungmi menutup ponsel lalu menyelipkan ke sakunya. Ia menyeret kaki, lalu menendang tiap batu kerikil yang ia temui. Masih ada yang mengganjal. Di sekolah, ia hanya perang dingin dengan Ren. Keduanya tak mengatakan apapun, walaupun mereka satu kelompok dalam dialog pelajaran Bahasa Jepang. Atta yang mati penasaran di buat takut oleh sikap dingin Sungmi. Walaupun penasaran, Atta tahu kapan Sungmi tidak ingin di ganggu maka dari itu ia membiarkan Sungmi pulang sendiri ke Rumah.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Sungmi teringat dengan perkataan Ren kemarin. Kalimat itu tak berhenti mengiang di kepalanya. Kesal, ia pun menambahkan tenaga pada tendangannya dan menendang apapun yang berada di depannya –bukan batu melainkan kaleng. Tiba-tiba ia mendengar ringisan membuatnya sontak mendongak ke atas. Betapa kagetnya ia mendapati Ren dengan pakaian serba hitamnya, lagi. Sungmi berseru. "Aish, kkamjjakiya (anjir, kaget)!"

"Sakit, anjir. Malah kaget." gerutu Ren mengernyitkan dahinya.

Sungmi memicing pada Ren. "Gue kira lo penjahat atau semacamnya. Bisa engga, sih, elo makai baju biasa aja, gitu?"

Ren menyunggingkan bibirnya hendak tertawa, lalu mengurungkan niatnya ketika ia ingat bahwa ia sedang perang dingin dengan Sungmi. Ia berdeham. "Kan gua artis. Emang ini engga seperti di Korea yang ada paparazzi. Tapi tetap aja gua gamau ketahuan kalau gua tinggal di sini."

"Apaan kemarin jalan sama gue nyante aja." gumam Sungmi pelan.

"Gua tuh ngambil resiko... Udah lah, engga usah di bahas." Ren menunduk, membuat kupluk hoodie yang ia pakai menutupi wajahnya.

Namun Sungmi tersentak saat Ren setengah berlutut di hadapannya. Ren mengikat tali sepatu Sungmi yang –tak Sungmi sadari– sudah terlepas. Deg! Ia membeku, tak tahu harus melakukan apa. Sial, padahal ia sedang kesal sekali dengan Ren, tapi kenapa Ren selalu saja memperhatikannya. Lagipula apakah Ren sesering itu menonton drama sampai bisa se-perhatian ini? Sungmi menarik sepatu yang belum selesai di ikat Ren. "Ga usah ngarep gue akan berterimakasih."

Sungmi melebarkan langkah kakinya demi mempercepat langkahnya –berlawanan arah meninggalkan Ren sendiri yang sedang berlutut. Ia memejamkan matanya sesaat. Ia tidak terlalu kasar, kan? Padahal Ren membantunya agar tidak terjatuh... Tidak, Ren harus tahu bagaimana rasanya bila ia mengatakan hal yang sama terhadap Ren. Sungmi mengangguk, membenarkan keputusannya untuk berkata seperti itu.

Sampai di depan apartemen kakaknya, Sungmi membelalakkan matanya. Namhyuk melangkah melewati apartement dengan kacamata hitam. Sungmi tersenyum, lalu menyapa Namhyuk. "Seonbae (kak)!"

Sungmi berderap menghampiri Namhyuk. Namhyuk menoleh, kemudian melebarkan senyumnya. "Sungmi-yah. Baru pulang, ya?"

Ia mencengkram kedua gantungan ranselnya. "Ne. Eodi gayo (iya. Hendak pergi ke mana)?"

"Aku hendak bertemu sahabatku sebentar." jawab Namhyuk yang masih tersenyum. "Kalau kau tidak ada urusan, kau bisa ikut. Lagi pula aku juga belum mengajakmu keliling Jakarta."

"Tidak ada, sih. Baik, lah." jawab Sungmi mengangguk.

"Kafenya dekat sini, kok. Hanya di belokan situ." 

(Un)Lucky EnamorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang