Chapter 8 : Faint of Light

22 2 0
                                    

A/n: Warning! This chapter contains self-harm.


Kim Sungmi melangkah ke sekolah seperti biasa. Kemarin malam ia tak bisa menjawab pertanyaan kakaknya. Ia sendiri masih belum percaya akan ingatan yang ia lupakan. 

Sungmi menghela nafas. Hari baru. Ia harap tak ada kejadian aneh lagi yang menimpa dirinya. Ia membuka pintu kelas. Ia mendapati Ren yang duduk dan menumpu kepalanya di atas kedua tangan. Pandangannya mengitari ruangan. Hanya ada Ren. Ia merogoh ponsel lalu melihat jam. Pukul 6:15, apa ia kepagian? 

Karena kelas masih sepi, Sungmi memberanikan diri melangkah menghampiri Ren. Ia duduk di depan Ren –kursi Atta. Ia menumpukan tubuhnya ke meja Ren seraya menumpukan kepalanya di atas kedua telapak tangannya. Sungmi mengamati Ren yang tertidur pulas. Sudah beberapa kali Sungmi mendapati Ren tertidur di kelas dan ia akui Ren terlihat sangat menggemaskan. Tak sadar, ia melebarkan senyumannya.

"Gua tau gua keren."

Suara serak itu berhasil membuat Sungmi terlonjak kaget sampai punggungnya terpentok meja. Sementara Sungmi kesakitan, Ren bangun dari tidurnya. Ia menegakkan badannya, lalu memperhatikan Sungmi dengan tangan yang disilang. "Ngapain lu dateng sepagi ini? Tumben."

Sungmi mendongak, menatap Ren. Tatapan Ren tertuju padanya! Dan tatapan Ren... Sangat tajam... Sungmi membelalakkan matanya, kemudian mengalihkan pandangannya ke mana pun. Jantungnya rasanya ingin copot. Entah kenapa, mata tajam itu membuat jantungnya ingin mencelos. Badannya terasa panas. Ia ingin menjawab pertanyaan Ren, namun lidahnya terlalu kelu untuk itu.

Ren mencondongkan badannya ke arah Sungmi. Ia memperhatikan wajah Sungmi. "Seneng, kan ketemu gua? Iyalah, gua kan cowo idaman semua cewe." 

Setelah selesai mengatakannya, ia berdiri dengan tetap melipat tangannya. Matanya terarah ke kaca jendela, lalu berpose layaknya model.

Melihat tingkah itu Sungmi mendengus seraya tertawa. Ren kembali duduk dan tersenyum sambil memandang Sungmi. Sungmi menghentikan tawanya, karena kini Ren memandangnya dengan tatapan tajam itu lagi, tapi ditambah senyuman. Ren menumpukan wajahnya ke tangan kanannya tanpa memudarkan senyuman. "Udah lama gua engga liat lu ketawa. Gua... Khawatir."

Sungmi mengerjapkan matanya. Sorot mata Ren benar-benar berubah khawatir. Situasi apa ini?

Murid kelas satu per satu masuk kelas. Refleks, Sungmi bergerak, kembali ke tempat duduk semulanya –sebelah Atta. Ia menatap kedua telapak tangannya yang berada diatas meja. Ia memainkan kukunya. Ia melirik ke meja Ren di serong belakangnya. Ren kembali tertidur lagi. Ia tak melepaskan pandangannya dari Ren. Ia menumpu dagunya dengan tangan kanannya yang tertumpu di atas sandaran kursi. Ia melihat pucuk kepala Ren. Apa lelaki itu lelah setelah selalu menjaganya? Baru keluar rumah sakit, ia sudah menyusahkan Ren lagi kemarin.

Tunggu. Sungmi menggelengkan kepala. Kenapa ia jadi peduli kepada Ren? Sepertinya jantung dan otaknya benar-benar rusak setelah berbincang dengan Ren kemarin. Ia kembali memutar badannya ke depan. Ia melebarkan matanya kaget melihat Atta yang sudah duduk di hadapannya dengan tersenyum sinis. "Geureom (jadi), seorang Sungmi menaruh perasaan pada Ren?"

Sungmi mengerjapkan matanya. Ia membalikkan badan, dan mengambil buku di tas yang ia letakkan di belakang sandaran bangku. Ia mengeluarkan buku Ekonomi beserta binder untuk mencatat. Tidak lupa, ia juga mengeluarkan tempat pensil. Ia menaruh semua itu di atas mejanya. Ia melirik ke Atta. Atta tak membuka suara, menunggu jawabannya. Ia menghela nafas keras. Ia lupa seberapa keras kepalanya Atta sampai pertanyaannya terjawab. Terpaksa, Sungmi membuka suara. "Tidak tahu."

Atta menganga. Ia memajukan kursi yang ia duduki terbalik itu ke arah Sungmi. "Hah? Aku cuman becanda, jadi beneran galau? Emang, ya, kamu engga bisa bohong. Jadi kenapa, kenapa, engga tahu?"

(Un)Lucky EnamorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang