Jam istirahat tiba. Kini Atta menghampiri Ren yang terlihat sedang makan bersama Reza –adik Ren, dan Cecil –teman Atta dari kelas satu. Sangat mudah untuk menemukan Ren karena pasti dikerubuni oleh banyak orang, termasuk Cecilia Ramadhanti atau dikenal Cecil, selebgram yang cukup terkenal. Atta duduk di sebelah Reza, dimana Ren berada di hadapannya. Ia menumpukan kepalanya ke lengan kanannya yang bertumpu pada meja kantin. "Ren, lo udah engga apa-apa?"
Ren terkikik. "Kaget, ya? Sorry, sorry."
Atta menegakkan badannya. "Ren gue ini calon adek ipar lo. Jadi lo bisa cerita apa pun ke gue."
Reza yang sedang makan, pun, tersedak. "Ta, apaan, sih."
Walaupun seperti mendumel, Reza membelai rambut Atta pelan. Cecil menghela nafas keras. "Kenapa gue duduk di sini, ya."
Ren memukul pelan Atta dengan pangkal sendok di tangannya. "Heh. Masih kecil aja udah mikirin ipar-iparan."
Atta tertawa sambil mengelus kepalanya. "Gausah sok tua. Lagian, lo tumben tumbenan ngomel mulu. Biasanya cuek bebek. Katanya hidup cuman sekali, enjoy aja. Mana Ren yang nyuruh gue gaboleh gampang marah dan mikirin hal yang aneh-aneh?"
Ren menerawang, kemudian tersenyum. "Iya, ya."
"Kak Rendy ngomel kenapa, Ta?" tanya Reza yang ikut penasaran.
"Tau, sejak Sungmi masuk berubah gitu." gerutu Atta sambil menyantap nasi gorengnya yang baru datang.
"Sungmi? Anak baru itu?" sahut Cecil.
"Apaan, sih, lu nya aja yang baper." jawab Ren yang tetap menyantap makanannya tanpa mengalihkan pandangannya ke Atta.
"Gue apa?!" seru Atta tak terima dengan tuduhan Ren. Atta menegakkan posisi duduknya kesal. "Gue? Baper? Elonya aja yang marah mulu dari kemarin!"
"Ya, gua ajak becanda lu engga ketawa..."
"Karena emang engga lucu Ren! Gue lagi serius!" potong Atta dengan suara melengking.
"Ada Sungmi, tuh! Gue ke sana, ya!" sahut Cecil yang menemukan Sungmi di meja seberang. Tak mau ikut campur dengan perdebatan Ren dan Atta, Cecil kabur ke meja Sungmi dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minumannya.
"Sungmi baru masuk? Loh? Cecil kenal Sungmi?" tanya Atta yang pandangannya mengikuti arah Cecil melangkah.
"Paling buat kenalan, lu tahu sendiri Cecil kek gimana..." jawab Reza mengikuti pandangan Atta yang kemudian memutus perkataannya. Ia terbelalak. Sontak, ia menyikut lengan Ren. "Kak, kak! Jadi Sungmi itu, si Sungmi itu? Kak? Lo engga apa-apa?"
Ren menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia tersenyum pahit. "Selaw. Dia engga inget gua. Sama sekali."
"Hah?!" seru Reza. Saking kencangnya, murid-murid di sekitar meja mereka menoleh pada Reza. Reza tersenyum kaku dan menunduk menatap sekitarnya. -meminta maaf. Ia kembali menoleh pada Ren. "Yakali dia ngelupain elu, kak."
"Lupa?" sambar Atta bingung. Ia menoleh pada Reza. "Jadi kamu beneran... Pernah ketemu Sungmi?"
Reza dan Ren saling tatap. Keheningan menyelimuti makan siang mereka.
~~~
"Sungmi! Kok baru masuk? Oh iya, tadi masa Reza bilang Ren..."
Deringan telepon menghentikkan ucapan Atta. Sungmi mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Nomor tidak di kenal. Perasaan, ia tak pernah memberikan nomornya pada siapapun. Sungmi mengangkat teleponnya. "Halo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/227029262-288-k624109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Enamor
FantasyTentang bagaimana sang rembulan yang sinarnya kian saat meredup dan sang mentari yang membantu sang rembulan kembali bersinar. Yang tanpa disadari, berjalannya waktu sinar mentari meredam. Sebuah takdir yang tidak dapat dihindari. Murid SMA pindahan...