"Gua ambil minum sama cemilan bentar. Buku sosio ada di atas meja belajar, ambil aja." sahut Ren keluar kamar.
Sungmi dan Atta sudah sampai di rumah Ren. Dalam perjalanan ke rumah Ren –di mobil Ren, Reza seperti biasa pacaran dengan Atta di bangku paling belakang. Di sisi lain, Sungmi dan Ren diselimuti kesunyian. Tidak ada yang memulai perbincangan.
Sungmi memandangi sekitar kamar Ren. Ia menghela nafas, tak ada yang berubah dari kamar Ren. Rapih, tertata.
"Kamu ada masalah?"
Pandangan Sungmi berpaling ke Atta yang duduk di sofa, sebelahnya. Atta mengerutkan alisnya. "Dari tadi kamu ngelamun terus, ada apa?"
Atta selalu saja menangkap bila Sungmi merasa gundah atau ada sesuatu yang ganjal yang sedang ia pikirkan. Apa ia bertanya dengan Atta tentang masalah hilang ingatannya? Firasatnya mengatakan Atta tidak tahu –seperti reaksinya tadi siang di kantin. Namun, mungkin Atta bisa memberikannya petunjuk, atau merasakan perbedaan dari diri Sungmi. "Saat aku kecelakaan... Selesai ujian, saat akan mulai libur musim dingin, apa ada kejadian aneh padaku?"
"Oh! Yang kamu masuk rumah sakit karena tabrakan?"
Tunggu, Atta tahu? "Kamu tau?"
"Tau... Aku sempet ke sana, tapi kamu pingsan, belum bangun. Terus kak Sungyeon nyuruh aku jenguknya pas kamu udah sadar aja. Yaudah, aku pulang terus nunggu kalian nge-kontak. Tapi tiba-tiba kamu udah masuk sekolah, aja." Atta menghentikan penjelasannya, merasakan ada yang aneh pada pertanyaan Sungmi. "Emang kenapa?"
Sungmi mengangguk. Mungkin firasatnya salah. Tidak, ia berharap firasatnya salah. "Kamu juga tahu yang nabrak aku siapa?"
Pertanyaan itu keluar. Mungkin, bila ia menceritakan tentang tabrakan itu, ia juga pasti menceritakan tentang Ren yang menyelamatinya. Sesaat berfikir, Atta menggeleng. "Engga... Aku pikir tabrak lari... Kamu belum cerita tentang itu."
Benar, Atta memang tidak tahu. Ia kira ia menceritakannya ke Atta. Apakah aneh kalau ia bertanya tentang ingatannya yang hilang? Tidak ada salahnya untuk dicoba. "Kalo... Tentang aku amnesia?"
Atta melebarkan matanya, lalu terkesiap. "Hah?!"
"Ssst." Sungmi menutup mulut Atta. "Bukan amnesia kayak kamu bayangin. Cuman... Beberapa hari dan... Hanya satu orang."
"Kamu ngelupain satu orang? Hah? Emang bisa?"
Sungmi mengacak rambutnya seraya memejamkan matanya sesaat. "Aku juga bingung banget, Ta. Katanya karena bebanlah, traumalah. Aku juga masih cari tahu."
Atta masih terlihat tak percaya. Sungmi melanjutkan. "That's why, please kasih tahu aku everything setelah kecelakaan itu."
Atta terlihat berfikir sesaat sebelum menjawab. "Setahu aku.. Yang setelah kamu dirawat... Emang ada kejadian aneh. Kamu sempet bantuin Minjung–"
Sungmi membeku. Seperti di ingatannya saat ia berada di balkon apartemen. Ia... Membantu Minjung? Orang yang menabraknya? Seketika ia teringat sesuatu.
Aku menoleh ke papan tulis yang terpajang di depan kelas. Papan tulis itu bergetar hendak terhuyung jatuh. Refleks, aku menarik tangan Minjung jauh agar Minjung tak terkena papan tulis itu.
'Brak!' papan tulis itu jatuh menabrak lantai. Minjung melebarkan matanya, sedangkan aku terengah-engah.
Kepala Sungmi terasa sangat sakit. Ia ingin mengingat lebih jauh, tapi rasa takut menghalangi niatannya, membuat kepalanya terasa jauh lebih sakit. Percakapan Sungyeon dan Ren tadi di depan kelas membuat ketakutannya bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Enamor
FantasyTentang bagaimana sang rembulan yang sinarnya kian saat meredup dan sang mentari yang membantu sang rembulan kembali bersinar. Yang tanpa disadari, berjalannya waktu sinar mentari meredam. Sebuah takdir yang tidak dapat dihindari. Murid SMA pindahan...