Chapter 2 : Wound

34 2 0
                                    

Sungmi mengikuti Atta yang melangkah besar menyamai langkah Ren. Ren melangkah ke kantin yang diikuti Atta. Sungmi mengikuti dari jauh, karena ia memang tidak tahu arah. Ren tiba-tiba berhenti di koridor menuju kantin. Ia membalikkan badan. "Kenapa?"

"Ya, elu kenapa? Tiba-tiba marah gitu. Kalo gue salah, ngomong!" jawab Atta yang menekan kata terakhir.

Sungmi menggigit bibirnya. Itulah Atta, tidak bisa membiarkan masalah berlarut panjang. Detik itu juga apa pun masalahnya harus diselesaikan, atau setidaknya diklarifikasi.

Ren menggaruk rambutnya kesal. "Engga, gua cuman badmood. Please."

Atta menghentakkan kakinya. "Lo bukan tipe yang ngebentak walaupun badmood! Kalau engga suka gue nanya, bilang! Janjinya mau ngeluarin unek-unek dan engga di tahan lagi. Mana? Pengecut."

"Karena masalah ini engga ada kaitannya sama elo!" gertak Ren membuat Atta tersentak. "Got it? Masalah ini engga, ada, sama sekali, hubungannya sama lu." Seru Ren menegaskan kata demi kata.

Atta menegang, matanya berkaca-kaca karena bentakkan Ren terlihat sangat menyeramkan. Sadar akan perbuatannya, Ren menghela nafas. Menahan emosinya sebelum menyelesaikan perkataannya yang belum selesai. "Dan... Gua minta maaf. Gua lagi engga bisa kontrol emosi. Ini... Gua juga masih engga nyangka ini."

Sungmi melangkah perlahan mendekati mereka. Tak sengaja matanya dan Ren bertemu. Ren melebarkan matanya, lalu melangkah kearahnya -keluar kantin. Atta mengejar Ren. Tapi saat berpapasan dengan Sungmi Atta berhenti. "Sungmi-yah. Jinjja mianhande (maaf banget), sepertinya terjadi sesuatu pada Ren. Aku akan mencoba mencari tahu sejenak. Maaf, ya, meninggalkanmu sendirian."

Sungmi mengangguk dan menjawab dengan datar. "Gwaenchanha, ga (tidak paa-apa, sana)."

Atta menepuk pelan lengan Sungmi sebelum kembali berlari mengejar Ren. Sungmi membalikkan badan, memandangi Atta yang mengejar Ren. Menggidikkan bahu, Sungmi kembali melangkah memasuki kantin. Ia mendapatkan bapak-bapak yang berjualan bakso di dekatnya. Tanpa berfikir panjang ia memesan bakso dan membawanya ke meja kosong di dekat tempat bakso tersebut.

Sungmi mengaduk-ngaduk bakso yang ia pesan di kantin. Aneh. Kenapa lelaki jangkung bernama Ren itu menariknya saat di kelas tadi? Dan juga... Membentak? Lelaki itu tidak pernah membentak, tapi kali ini membentak? Hanya karena pertanyaan sepele? Sungmi menggelengkan kepalanya. 

Sudah, lah. Tidak perlu ikut campur masalah orang lain. 

~~~

성미야, 언니 늦게 집에 돌아올것같아ㅠ 내일 콘서트 있어서 준비하래. 앗! 내일 잘영 있는데, 선생님한테 이미 말씀들였어 늦게 학교 갈거라구. 문제 없대. 자! 지금 아무 음식 먹어야돼! 아프지마 우리 성미~♥

Re: Sungmi, eonni sepertinya akan pulang larut malam. Besok ada konser maka dari itu aku disuruh bersiap-siap. Oh, iya! Besok ada pemotretan, aku sudah meminta izin pada gurumu untuk berangkat ke sekolah terlambat. Katanya tidak masalah. Nah! Sekarang kamu harus makan ya, apapun. Jangan sakit Sungmiku.

Sungmi tersenyum membaca pesan memo yang tertempel di kulkas di apartemennya dengan Sungyeon. Ia membuka kulkas. Apa ada yang bisa ia makan? Tidak ada bahan yang bisa ia masak di sana.

Sungmi mengambil jaket putihnya kemudian memakai sepatu kets. Ia memutuskan untuk keluar dan mencari mie di minimarket terdekat. Tak lupa, ia membawa payung. Hujan langsung menyambutnya begitu ia keluar dari gedung apartement. Sungmi melangkah santai sambil memainkan gantungan kunci apartment Sungyeon.

(Un)Lucky EnamorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang