"Mih, aku pulang~" aku masuk ke rumah. Setelah bangun dari pingsan akibat tabrakan minggu lalu, aku merasa ada yang aneh di tubuhku, entah kenapa.
Aku melihat Sungyeon eonni mengendarai skateboardnya di dalam rumah. Aku tersenyum melihat eonni yang memutari ruang keluarga yang cukup besar itu dengan ceria. Eonni menoleh, kemudian tersenyum mendapatiku yang memperhatikannya. "Wasseo? (kau sudah pulang)?"
Sungyeon menghampiriku dengan skateboardnya. Ia hendak memelukku. Namun, Sungyeon salah perkiraan. Skateboardnya tergelincir dan menabrak tembok, sedangkan ia terhempas dari skateboardnya dan kepalanya terbentur lantai rumah keras. Darah mengalir deras dari kepalanya.
Bayangan kejadian itu lewat secara cepat, membuat badanku kaku. Bayangan apa itu? Mengapa bayangan itu terasa nyata? Terasa seperti mimpi? Namun, aku sedang terjaga saat ini. Pandanganku tak terlepas dari eonni.
Eonni menghampiriku dengan skateboardnya. Aku tersentak dan tersadar, langkah demi langkah terjadi persis seperti apa yang ia lihat di bayangan tadi. Tidak, eonni tidak boleh menghampiriku. "EONNI, ANDWAAAE (kak, jangan)!"
"EONNI, ANDWAAAE!"
Sungmi kembali terduduk dari tidurnya. Nafasnya tersenggal-senggal. Ia bisa merasakan rasa tegang dan sakit yang sama seperti saat itu. Saat ia mengetahui kakak-nya akan celaka. Ia memukul-mukul dadanya yang sakit. Rasa penyesalan tidak menyelamati kakaknya serta menghakimi dirinya karena memiliki kekuatan aneh itu semua bercampur aduk dalam hatinya. Ia memejamkan mata.
Ya, Kim Sungmi dapat melihat masa depan sekitar 5 sampai 15 menit sebelum kejadian itu berlangsung. Namun anehnya, kejadian yang ia lihat selalu kejadian buruk. Maka dari itu ia tidak bisa berada di tempat ramai, karena kemungkinan ia melihat kejadian buruk akan semakin tinggi.
"Gwaenchanha (kau tidak apa-apa)?"
Sungmi menoleh ke asal suara –sisi kanan Sungmi. Jin Namhyuk? Kaget, Sungmi tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun. Di sisi lain, Namhyuk segera berdiri dan menuangkan air di gelas yang berada di meja samping Namhyuk. Namhyuk memberikan gelas berisi air itu pada Sungmi. Sungmi meneguknya, kemudian memberikan gelas itu kembali pada Namhyuk. Namhyuk mengambil gelas itu dan meletakkan ke meja. Sungmi tersenyum lemah. "Gomawoyo seonbae (terima kasih, kak)."
"Museun (apa, sih). Apakah ada yang kau butuhkan lagi?" tanya Namhyuk yang kembali duduk. Pemandangan ini sangat awam bagi Sungmi. Bila orang tua dan kakaknya sibuk, pasti Namhyuk yang merawatnya jika sakit. Bahkan kini ia pindah ke Indonesia, pun, ada Namhyuk di sampingnya.
Tunggu. Sungmi memandangi sekitar. Tidak ada Ren dan kakaknya. Jadi, kemarin siang itu benar-benar mimpi? "Mwoya, kkum-iya (apa-apaan, mimpi)?"
"Hah? Ini bukan mimpi." jawab Namhyuk bingung.
Tidak, kemarin siang hanyalah mimpi. Semua omong kosong Ren bersama Sungyeon... Tidak mungkin. Sungmi menoleh pada Namhyuk, kemudian memandangi Namhyuk dari atas sampai bawah. Ia berdeham. "Tapi seonbae, kau sedari tadi di sini, kan?"
Namhyuk menggeleng. "Aniya (tidak), baru saja seonbae ke sini. Tadi Ren meminta bantuanku karena dia ada casting. Sebenarnya aku juga ada urusan, tapi aku kalah taruhan dengan Ren jadi aku yang menjagamu."
Sungmi tertawa pelan –taruhan? Kekanak-kanakan sekali. Tunggu, jadi yang kemarin siang bukan mimpi? "Ne (hah)?!" seru Sungmi spontan.
"Kenapa? Kenapa?" tanya Namhyuk kaget, ia menoleh ke kanan dan ke kiri mungkin ada yang aneh di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Enamor
FantasyTentang bagaimana sang rembulan yang sinarnya kian saat meredup dan sang mentari yang membantu sang rembulan kembali bersinar. Yang tanpa disadari, berjalannya waktu sinar mentari meredam. Sebuah takdir yang tidak dapat dihindari. Murid SMA pindahan...