"Mih, aku pulang~" aku masuk ke rumah. Setelah bangun dari pingsan akibat tabrakan minggu lalu, aku merasa ada yang aneh di tubuhku, entah kenapa.
Aku melihat Sungyeon eonni mengendarai skateboardnya di dalam rumah. Aku tersenyum melihat eonni yang memutari ruang keluarga yang cukup besar itu dengan ceria. Eonni menoleh, kemudian tersenyum mendapatiku yang memperhatikannya. "Wasseo? (kau sudah pulang)?"
Sungyeon menghampiriku dengan skateboardnya. Ia hendak memelukku. Namun, Sungyeon salah perkiraan. Skateboardnya tergelincir dan menabrak tembok, sedangkan ia terhempas dari skateboardnya dan kepalanya terbentur lantai rumah keras. Darah mengalir deras dari kepalanya.
Bayangan kejadian itu lewat secara cepat, membuat badanku kaku. Bayangan apa itu? Mengapa bayangan itu terasa nyata? Terasa seperti mimpi? Namun, aku sedang terjaga saat ini. Pandanganku tak terlepas dari eonni.
Eonni menghampiriku dengan skateboardnya. Aku tersentak dan tersadar, langkah demi langkah terjadi persis seperti apa yang ia lihat di bayangan tadi. Tidak, eonni tidak boleh menghampiriku. "EONNI, ANDWAAAE (kak, jangan)!"
Aku membekap mulutku. Kejadian yang aku khawatirkan terjadi... Benar-benar terjadi. Badanku melemah seketika sampai-sampai aku berlutut saking kakiku tak kuat menopang tubuhku yang melemas. Bayangan apa itu? Apa yang sudah aku lihat? Aku... Bisa melihat masa depan? Aku kenapa...
Pelayan di rumahku berteriak ketakutan. Aku, pun, masih membeku tak percaya. Supir ayahku yang kebetulan ada di rumah langsung mengangkat Sungyeon ke mobil. Salah satu pembantu –yang aku panggil bibi- menghampiriku. Ia membantuku berdiri dengan menarik kedua lenganku yang masih menutup mulutku kaget. "Agassi, gwaenchanheuseyo (nona, apa kau tidak apa-apa)? Byeongwon gayadwaeyo Agassi (kita harus cepat bawa ke rumah sakit, nona)..."
Aku mengangguk lalu berdiri. Aku mencoba melangkah bertumpu pada bibi, dan masuk ke mobil untuk mengantar Sungyeon ke rumah sakit terdekat.
~~~
Aku menunggu di ruang tunggu depan ruang operasi. Dokter bilang kakakku membutuhkan banyak jahitan di kepala karena terlalu keras membentur lantai. Bagaimana ini? Kakakku adalah model yang cukup terkenal di Indonesia. Kalau jahitannya berbekas bagaimana? Apakah aku akan menjadi penyebab akhir dari karir kakakku? Aku meremas rambutku.
"Sungmi?"
Aku segera menoleh mendengar suara berat itu. Ren. Ia duduk di sampingku. "Ajeossi (om) sedang dalam perjalanan ke sini bersama Ahjumma (tante)."
"Oppa... Eotteohke... (kak... bagaimana...)" tanyaku dengan menggigit bibirku. Aku benar-benar bertanya... Aku bingung... Semua kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi muncul di benakku. Terlebih rasa bersalah dan bingung yang membuatku gundah. Kenapa, aku? Bisa melihat... apa yang akan terjadi?
Aku merasakan kehangatan menyelimuti tanganku. Aku menunduk, mencari tahu penyebabnya. Ren menggenggam tanganku, tangannya yang besar menjadi alasan kenapa aku merasakan kehangatan di seluruh tanganku. Kehangatan itu menjalar hingga hatiku. Entah kenapa, aku merasakan ketenangan. Ren bagaikan penyulap, dengan hanya sentuhan tangannya, aku bisa meyakini Ren adalah orang yang tepat untukku bersandar. Aku, yang tidak bisa mengeluh pada orang lain, kini merasa ingin mengeluh pada Ren, tentang keanehan yang terjadi pada diriku, tentang situasi yang tidak masuk akal ini, tentang kegundahanku akan kemungkinan buruk yang akan terjadi... Seraya berfikir, tanpa sadar aku menggumam "Naega wae geugeol boneungeoji (kenapa aku melihat hal itu, ya)?"
"Mwol (hal apa)?" tanya Ren lembut.
Aku menghela nafas, mencoba menenangkan pikiranku dan menjawab pertanyaan Ren. "Ani... Geu... (tidak... itu...) Aku melihat eonni akan terluka... Sebelum eonni terluka... Aku... Tapi aku... Tidak bisa menolongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Lucky Enamor
FantasyTentang bagaimana sang rembulan yang sinarnya kian saat meredup dan sang mentari yang membantu sang rembulan kembali bersinar. Yang tanpa disadari, berjalannya waktu sinar mentari meredam. Sebuah takdir yang tidak dapat dihindari. Murid SMA pindahan...