3. Heart and Mind Say Otherwise

174 55 21
                                    

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
Tag : redaksisalam_ped
Update, 26 Oktober 2021

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPADKU JUGA YAH! VOTE SEBELUM MEMBACA.

Jingga merengut sebal, Bina membuatnya harus berpikir duakali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga merengut sebal, Bina membuatnya harus berpikir duakali. Cowok itu tidak sengaja menumpahkan susu cokelat miliknya pada buku tugas milik Jingga.

Sialnya, jawaban Jingga lah yang terkena tumpahan susu cokelat itu.

"Maaf, Ngga. Gue beneran gak sengaja, loh!" sesal Bina, cowok itu sedari tadi pula terus meminta maaf pada Jingga.

"Makanya kalo minum susu jangan deket-deket sama gue!" sentak Jingga. Gadis itu masih kesal, walau bagaimana pun, jawabannya harus diserahkan hari ini juga. Sedangkan sekarang? Bahkan tulisan-tulisan yang sudah Jingga buat tadi malam, bersatu dengan susu cokelat. Sudah tidak dapat terlihat, bahkan lembarnya ada yang sampai sobek.

"Eh, ada apaan, nih?" seru Intan yang baru masuk, di belakangnya juga ada Joshua.

Intan langsung menghampiri bangku Jingga, dia lihat wajah Jingga yang begitu murung hari ini.

"Ngga? Kenapa lo? Kusut banget kayak idup gue," tanya Intan penasaran. Biasanya, kan, gadis itu selalu ceria, minim memasang muka murung seperti ini.

Jingga mendongak, bibirnya mengerucut dengan kedua alis berkerut. Memandang Intan dengan sorot minta dikasihani.

"Lembar buku jawaban dia kena tumpahan susu cokelat." Bukan Jingga yang menjawabnya, melainkan Bina.

Tak lama kemudian, terdengar isak tangis Jingga, memang selain polos dan manja, gadis itu juga cengeng. Gampang menangis, maka dari itu, banyak cowok-cowok khususnya yang berada satu kelas dengan Jingga, berusaha menghindari gadis itu.

Jingga memang cantik, tapi sifat gadis itu yang begitu norak membuat banyak teman-temannya membencinya, tidak terkecuali Intan dan Ayang. Kedua manusia itu, tidak tulus berteman dengan Jingga, lebih parahnya lagi keduanya suka menggunjing dari belakang.

Jingga mengetahuinya, akan tetapi tidak Jingga permasalahkan. Toh, mereka mau 'berteman' dengannya saja, Jingga sudah sangat bersyukur.

Jingga tidak ingin meminta lebih.

"Lebay banget. Norak!" batin Intan yang melihat betapa alaynya Jingga saat menangis tanpa mengeluarkan air mata.

"Jijik gue tau, Ngga!" imbuhnya lagi dalam batinnya.

Jingga mendengarnya, akan tetapi dia tidak merasa sedih atau pun kecewa.

"Udah, ya. Jangan nangis terus, maafin gue. Please, maafin," mohon Bina sambil memasang wajah memelasnya ke arah Jingga.

Tak!

Jingga berhenti menangis, lalu tatapannya beralih pada buku paket yang kini diletakkan oleh seseorang dengan keras di mejanya. Lalu, Jingga pun mendongak demi ingin tahu siapa yang membuatnya memberhentikan tangisnya itu.

SELAKSA(TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang