18. SWEET GALIH

46 33 1
                                    

#salamwritingmarathon
#challengemenulisbersama_tim3
Tag : redaksisalam_ped
Update, 19 November 2021

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPADKU JUGA YAH! VOTE SEBELUM MEMBACA.

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPADKU JUGA YAH! VOTE SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngga," panggil Ester. Penyihir itu menatap ke arah Jingga yang kini tengah tergeletak tak berdaya di hadapannya. Dia sadar, kelakuannya keji. Tapi dia tidak peduli itu.

Ester menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara kasar. "Malam ini gue biarin lo tenang dulu. Besok siap-siap buat rasa sakit yang lebih parah dari yang kemarin gue cabut kuku-kuku lo," ucap Ester tanpa merasa iba melihat keadaan Jingga yang sangat memprihatinkan itu.

"Jangan sentuh-sentuh Jingga. Lo gak pantes sentuh-sentuh gue," larang keras Jingga pada saat tangan Ester bergerak demi untuk mengusap-usap kepala Jingga.

"Kenapa gue gak boleh?" Dahi Ester berkerut samar mendengar ucapan Jingga padanya.

"Yang boleh elus kepala Jingga itu hanya Bina. Cuma Bina sama sahabat-sahabat Jingga aja. Ester bukan siapa-siapanya Jingga! Pergi jangan deket-deket!" sentak Jingga. Memang, tubuhnya sudah sangat lemas, akan tetapi dengan kondisinya yang memprihatinkan itu, Jingga masih bisa marah-marah. Ester tidak merespon apa-apa. Raut wajahnya flat tanpa senyuman manis atau bahkan senyuman iblis sekali pun.

Ester yang awalnya tengah bertekuk lutut di samping Jingga pun langsung berdiri. Menjauh dari jangkauan Jingga. Membiarkan gadis itu meringkuk kedinginan tanpa ada selimut untuk menghangatkan tubuh mungilnya itu.

★★★

"Pernah nangis?" tanya Galih pada Ayang. Ayang pun mengangguk membenarkan. Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang tidak pernah menangis bukan?

"Ih, ya, jawab. Pernah apa nggak. Jangan cuman ngangguk aja gimana, sih Ayang!" Ayang mengembuskan napas panjangnya. Lalu menatap malas ke arah Galih. "Iya. Pernah. Dan itu gara-gara lo juga!" sentak Ayang. Galih yang barusan tertuduh tanpa bukti itu pun langsung berlagak syok, cowok itu menggenggam jemari Ayang lalu membawanya ke bibir cowok itu. Galih tidak mencium tangan itu, hanya saja dia menghirupnya saja.

"Ih, geli. Apaan sih Gal!" Ayang berniat menarik tangannya, tapi Galih masih belum juga melepaskan tangannya dari genggaman cowok itu.

"Kok gak lo cium punggung tangan gue, Gal?" tanya Ayang akhirnya karena punggung tangannya hanya dielus-elus saja oleh Galih.

"Karena lo bukan mama gue." Jawaban singkat, padat dan sangat jelas itu membuat Ayang langsung menatap ke arah Galih sekarang. Malam-malam begini, Galih mengajak Ayang untuk berjalan-jalan ke taman. Kebetulan tamannya sedang sepi, tidak terlalu ramai.

SELAKSA(TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang