GLOW & GROW [HyunChang / ChangJin]

Patbingsu

Langsung nyambung ya gayssss...

=======

Antara dia harus bersyukur karna dia sekarang bawa motor yang jelas bakalan lebih cepet sampe ketimbang mobil atau harus merutuki jalanan macet di depannya yang gak kunjung bergerak. Walaupun motor itu ramping, tapi kalo memang macetnya tanpa celah jelas dia gak bisa nyelip dimana mana.

Dengan nekat dan pengetahuan minim mengenai jalan jalan blusukan buat sampai ke komplek perumahan Changbin tanpa harus ketemu macet dia akhirnya sampai juga.

'tok...tok...tok'

Acara ketuk pintu itu formalitas, Hyunjin cuma gamau dianggap gak beradab kalo dia langsung nyelonong tanpa ketok pintu. Kalo udah ketok pintu kan dia jadi tenang mau slonong juga, toh dia udah hafal betul gak bakal ada yang bukain pintu. Yang tinggal dirumah ini cuma Changbin sendiri, dan sekarang Changbin pasti lagi melaksanakan ritual traumanya di kamar, gak mungkin kalo dia bukain pintu depan.

Hyunjin segera naik kelantai dua, menuju pintu kedua dan lagi lagi mengetok pintu. Kali ini jelas bukan formalitas, karna pastinya si empunya kamar mengunci pintu kamarnya dua kali.

"Bin, ini gue..." Ucapnya setelah mengetok pintu dengan ketukan yang sama kaya di pintu depan.

Masih gaada balasan, dari tadi Hyunjin memang sudah cemas, dan sekarang dia jadi makin cemas. Susah buat bikin Changbin bukain pintunya. Dan ritual trauma sialan yang terjadi di dalam sana pasti makin mendorong Changbin buat gak bukain pintu.

"Bin... Buka dulu ya? Kita ngobrol baik baik." Nada bicaranya super duper tenang, atau mungkin berusaha kedengeran setenang mungkin biar Changbin gak makin jadi.

Ah ! Hyunjin inget sesuatu, mungkin bisa dicoba...

"Binnie Hyung....." Oh.. sudah berapa lama ia tidak memanggil Changbin begitu? Gak perlu lah flashback ke masa pedekate lagi. Saat ini lebih penting.

'cklek cklek' akhirnya kunci pintunya dibuka. Yang seperti dugaannya pasti terbuka otomatis -remote control-.

Hyunjin perlahan buka pintu itu, dan mendapati Changbin di atas kasurnya, menggulung tubuhnya dengan selimut tanpa menyisakan anggota tubuh manapun yang bisa terlihat.

"Hyung, tolong jangan gini lagi." Hyunjin duduk di tepi ranjang Changbin dan menemukan Changbin tak bergerak sedikitpun.

Changbin memang tak akan bergerak sedikitpun, itu salah satu ritual traumanya. Dia juga tidak sadar ini jam berapa, sudah berapa lama ia diam begini dia tidak tahu, juga tidak peduli.

"Hyung...." Panggilan Hyunjin menggantung, seperti banyak kalimat yang akan dilontarkannya tapi masih ia pikirkan beribu kali lagi.

Dan akhirnya malah diakhiri dengan helaan nafas, Hyunjin rasa sebaiknya ia menunda apa yang mau dia ucapkan, sekarang yang lebih penting adalah menghentikan ritual trauma Changbin yang sebenernya gak penting, gak nyambung tapi berefek kematian.

Singkatnya, Changbin trauma akan posisi. Iyaps posisi yang itu, atas dan bawah, top dan bottom, uke dan seme, dominan dan submissive, menusuk dan ditusuk, dan masih banyak sebutan lainnya.

Penyebab trauma nya gak sepele. Changbin dilecehkan, atau dia yang merasa dilecehkan padahal itu bukan pelecehan. Entahlah.

Yang jelas, trauma ini akan muncul jika dipicu hal hal yang berkaitan dengan orang lain yang memperlakukan Changbin sebagai uke, yang meragukan ke-seme-annya. Trauma ini langka, cuma Changbin yang punya, Changbin sendiri yang bikin.

"Kalo habis ritual trauma ini selesai, Hyung boleh nonjokin gue karna gue bakal coba gagalin semuanya." Hyunjin bangun dari duduknya, meregangkan otot ototnya sebentar dan menarik selimut itu paksa.