15. Konsultasi Hati Bersama Seblak

82 17 0
                                    

Setelah berjalan mulus selama seminggu, kami mulai merasa jenuh dengan hukunan ini.

Sebagai murid biasa aja yang nggak tertarik ikut ekstrakulikuler apalagi bimbel, gue enjoy aja, soalnya nggak ada jadwal yang nyampe bentrokan.

Tapi beda sama Jeriko yang aktif di klub seni musik, Ajun yang bimbelnya sehari nyampe 5, Zaenal yang anak futsal, Acan yang bisa nongol kapan pun dimana pun dalam berbagai profesi, juga Mayang yang masih sibuk meratapi kepergian mantannya kepelukan orang lain sertamerta mengurusi kehidupannya sebagai vlogger.

Heran sih gue mereka bisa ngatur jadwal itu semua.

Dari pada jadi anak bawang, mending gue ikut gerakan yang udah direncanain semalem di grup 'CUCI-CUCI PIRING, BUAYA BELUM DATANG!'. Yang tentunya tidak lupa untuk menendang akun Yth. Bapak Sigit dari ruang obrolan tsb terlebih dahulu.

Nama gerakannya adalah:

Gerakan Menatap Masa Depan.

Yang lagi-lagi dipimpin oleh tuan muda Wonogiri. Kesepakatan disetujui semua pihak, kecuali bapak Sigit yang akan dikelabui.

Dan, di sini, medan perang dimulai.

trak.

"Kalian sudah menyelesaikan hukuman untuk hari ini?" Tanya Pak Amin, selaku satpam yang juga berada di kubu Pak Sigit untuk mengawasi pergerakan kami.

Gue yang make postur tegap ala sikap sempurna pas upacara ditugaskan ngomong, "Siap, sudah pak!"

"Ya sudah, kalian boleh pulang."

Uyyeeeyyyyy!!!

Gile, segampang itu dong.

Seluruh keadaan hari ini emang mendukung, dari pak Sigit yang ternyata lagi rapat di kantor dinas, paparazi yang ditugasin buat ngawasin hukuman ini juga entah bagaimana lenyap ditelan bumi-biasanya itu orang bakal ngintilin gue juga lima cowok ini, kok tau? karena, Ajun itu pecinta wanita tapi bukan buaya.
Juga entah karena pergeseran lempeng bumi yang mana Pak Amin bisa semudah itu ngelolosin gue dkk yang kalo diliat dari jamnya itu cuma lewat lima detik dari waktu balik sekolah.

Agak heran sih, harusnya beliau nggak percaya dong. Masa iya nyupir segunung gitu cuma lima detik, yah, mungkin emang memungkinkan kalo gue punya jamnya Ying.

Hm, mungkin ini cara Tuhan memudahkan urusan gue. Lagi.

Nyampe di gerbang kami berenam pisah. Ajun katanya mau duduk di depan di tempat lesnya, jadi langsung ngibrit ke bimbel yang nggak begitu jauh dari sekolah. Lari.

Mayang katanya udah ngatur pertemuan sama salah satu youtuber dan mau bikin konten prank.

Jeriko yang katanya mau memanfaatkan bolosnya kali ini, nggak tanggung-tanggung bolos dari ekstrakulikulernya juga. Dia lebih milih cepet balik dan main sama kucingnya.

Acan? Hm, gue nggak tau sih. Doi tiba-tiba ngilang, dan tiba-tiba nongol di siaran berita. Jadi wartawan.

Tuan muda sang biang kerok perencanaannya? Nih di depan gue.

Doi ngajakin gue makan seblak, karena katanya doi belakangan kurang lancar BAB, jadi seblak dengan lima sekop sambal pun jadi pelarian.

"Siti," Panggil Zaenal sambil cengap-cengap, mukanya merah persis kayak seblak di depannya.

Gue noleh, ngedehem doang.

"Lo kenal sama Merpati 'kan?"

"Tadinya, terus kata doi sama Dara, mending nggak jadi kenalannya lagi," Kata gue.

"Yah, padahal gue mau minta bantuan lo," Zaenal kipas-kipas pake buku gue yang udah macem silet, kebiasaan anak kelas kalo ulangan terus ambil kertas selembar, pasti gue yang ditodong. Akibat dari nggak pernah nulis kali ye, tapi nggak apa-apa, berbagi itu baiq.

Alis gue naik, "Minta bantu apa?"

Hm, lumayan heran gue. Semakin ke sini eksistensi gue sebagai manusia yang berguna lama-lama muncul juga.

"Gue naksir sama Merpati," Ucap pemilik alis tebal, yang setebal dinding pemisah jarak rasaku dengannya itu.

"Ya udah, terus?"

"Ya maka dari itu, gue mau minta bantuan lo biar bisa PDKT sama dia."

Nggak mau, nggak mau, nggak mau.

Jangan paksa aku Roma!

Aku nggak mau jadi mak comblang kau dengan si Mervati-mervati itu, kaukira aku cupid hah?!

Ya, memang benar. Aku adalah cucu kakek Apid.

Eh.

Selesai gue neguk es teh buat ngeredain panasnya tenggorokan ini, gue nanya, "Bukannya lo sekelas sama Merpati?"

"Nah makanya itu!" Seru Zaenal.

"Makanya itu gimana?" Heran gue, "Lo tuh salah satu jajaran cogan di antara para cogan di sekolah woy. Siapa yang berani nolak lo coba?"

Zaenal nunduk, mikir, keliatannya sih. Nggak tau aja 'kan, barang kali doi lagi mengamati organisme yang ada di meja Sigmamart ini. Kebetulan tukang seblak yang gue mampirin tempatnya di depan swalayan mungil ini, jadi sabi nongkrong minum niu ti sambil nyeblak.

"Lo pernah denger pepatah gini nggak?"

Gue masang kuping.

"Seganteng ataupun secantik apapun temen sekelas lo. Adik kelas, kakak kelas, sama beda kelas itu lebih menarik!" Katanya dengan nada mantap.

"Oh pernah," Kepala gue mantul-mantul, "Barusan."

Anak semata wayang Yth. Bapak Sigit Wonogiri itu masang ekspresi lempeng, sebuah respon dari gue yang nyoba ngelawak tapi garing. Soalnya kekurangan kadar H2O.

Nah 'kan, garing lagi.

"Siti, ini masalah serius," Zaenal negakin badannya sambil nautin jari-jemarinya di atas meja.

"Masalah hati itu bukan masalah sepele tau nggak?" Sambungnya.

"Maap nih ya, Nal. Tapi biologi gue masih remed."

"Bukan hati yang itu anjir," Doi mulai kesel.

Ternyata selain keselnya Ajun, keselnya Zaenal juga UwU. Jadi pengen ngejailin terus xixixi...

"Poinnya sih ya," Jeda cowok yang sering dipanggil 'Jae' atau 'Inal' atau bahkan 'Inul' itu.

"Merpati suka sama Jeriko."

Duarrr!!!

Ambyar lah kulit ariku hingga berkeping-keping.

Yah, Biarpun gue tau kalo Zaenal sendiri yang lebih berat hati ngomong kayak gitu.

Tapi nggak heran sih, Jeriko emang gans dablu dablu gans. Yang kayaknya ngebuat gue nentang pepatah Zaenal tadi, soalnya mata gue sehat-sehat aja buat ngeliat Jeriko juga Mayang biarpun gue temen kelasnya.

Dan pepatah itu juga nggak terlalu masuk ke topik sih. Intinya mah, cewek yang disukain Zaenal sukanya sama cowok lain.

Tapi coba gue tanya, "Jerikonya suka nggak sama Merpati?"

"Eung... Nggak tau sih."

"Ya udah gas lah! Jeriko mah demennya kucing-kucingan, bukan unggas-unggasan!" Usul gue sekalian ngebangkitin semangat nih bocah untuk mengejar cintanya. Itu juga kalo dapet.

Seperti yang dia bilang, masalah hati itu bukan urusan sepele.

Apalagi Hepatitis.




































Alohaaaaaaaaaaaaaaaaa

Ingin rasa mengetik sesuatu, namun tak tahu apa:>

So, See you when i see you❤

Sepinggan Tubir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang