Feli kini dibuat bingung oleh diamnya Sembara, Feli ajak ngobrol dari laut kidul sampai laut selatan, dari Mbak Tri diet sampai dia menghentikan dietnya, tapi Sembara tetap saja diam.
Bolang yang kudanya ada di belakang Sembara pun turut merasa aneh dengan sikap Sembara yang berubah tiba-tiba.
"Sembara, lo kenapa dah? Kagak asix bener lo!" Feli menatap Sembara sambil menaikkan sebelah alisnya dan Sembara memasang wajah ala mayat hidup andalannya.
Feli mencoba menggoda Sembara dengan menggerak-gerakkan kedua pipinya tetapi cowok itu tidak bereaksi.
Feli memekik sambil menepuk kedua pipinya, "YA AMPUN! LO KESURUPAN YA? ASTGFIRULLAHALADZIM!! PAK BOLANG! TOLONGIN SAYA PAK ..."
Feli mencoba turun dari kuda yang tengah berjalan santuy. Dia takut ikut-ikutan ketemper setan hutan seperti Sembara.
Bolang terperanjat di atas kudanya, "BENARKAH? TETAPLAH TENANG FELI!"
Sembara memutar bola matanya malas, dia kemudian bergumam sesuatu lalu dia tiupkan ke telinga kiri Feli.
Seketika tubuh Feli yang semula meronta-ronta ingin turun dari kuda kini diam bagai patung.
"Hari ini kau terlalu banyak tingkah. Seperti ini lebih baik,"
Feli menggerak-gerakkan bola matanya, "BAJIGUR BANGET LO SEMBARA! LO APAIN GUA?"
Sembara tak menanggapi celotehan Feli, dia menoleh ke belakang menghadap Bolang.
"Ki, kau tak perlu menanggapi Feli ketika gilanya kambuh. Membuang waktu saja. Hya!"Sembara lanjut memacu kudanya dengan kencang dan disusul oleh Bolang di belakang yang juga memacu kudanya dengan cepat.
"BANGKE! GINI NIH TIPE NENEK MOYANG NGGAK ADA AKHLAK! AARGGGH ..." Feli menjerit kesal sekesal-kesalnya.
Dalam hati Sembara meringis karena telinganya berdengung mendengar jeritan Feli. Apalagi dia memiliki indra pendengaran yang tajam, tentu hal itu mengganggu telinganya.
Semoga saja telingaku masih berfungsi sampai tua nanti.
~{🕗}~
Feli duduk di tepi ranjang tempat tidur sambil bersidekap dada. Mulutnya mengerucut kesal, pandangannya menatap sengit Sembara yang sibuk mencuci pedangnya dengan air mawar.
Sesekali Sembara hanya melirik sekilas ke arah Feli dan sehabis itu dia lanjut membersihkan pedangnya, tak peduli dengan Feli yang tengah marah kepadanya.
Feli berdiri, "SEMBARA!"
Sembara menatap malas Feli, "Kenapa?"
Feli maju lebih dekat ke arah Sembara. Dan karena kemarahannya yang sudah tak terkontrol dia menjambak cepol rambut Sembara dengan kuat.
Sembara meringis, "Astaga Feli! Kau kerasukan apa hah? Lepaskan tanganmu dari rambutku!" Pedang yang tadi dia bersihkan terjatuh ke lantai.
"BODOAMAT! GUA KESEL SAMA LO!" Feli berganti memukul dada bidang Sembara dengan membabi buta, "KENAPA LO DIEMIN GUA! LO NGGAK BALES OMONGAN GUA, LO KACANGIN GUA!"
Penampilan Sembara kini sudah acak-acakan, rambut yang dia sanggul sudah terlepas hingga tergerai.
Sembara dengan cepat menangkap kedua tangan Feli dan mencengkeramnya kuat agar Feli tak lagi memukulinya.
Nafas Feli naik turun dan menatap sengit Sembara. Sedangkan Sembara menatap Feli dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau ... Marah?" tanya Sembara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLUSION OF WATCH NECKLACE
Historical Fiction#Rank 1 in Majapahit (18 April 2021) #Rank 1 in Singosari (20 Maret 2021) Ini seri kedua dari Querencia. Felicia Adirata alias Lici itu menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya mengerjap mencoba memahami situasinya. Dilihatnya orang-o...