31. Dejavu

2.4K 426 73
                                    

"BWAHAHAHAHAHA NGAPA BISA ADA GEMBEL DI AREA CANDI?"

Tunggu-tunggu. Gembel?

Feli celingukan menatap sekitar candi kalau-kalau dia melihat gembel dengan posisinya yang masih tersungkur lantaran jatuh sehabis foto.

"Lo gembelnya!"

Feli membelalakkan matanya lebar-lebar kala cewek di depannya yang sepertinya anak kuliahan dari universitas ternama menunjuk dirinya.

"Mana ada ke candi tapi penampilan cem gembel gitu, BWAHAHAHAHAHA! Heh itu baju udah gak disetrika berapa bulan?"

Feli memperhatikan penampilannya, dia linglung. "Lah? Gua kenapa dah ini? Kok bisa kayak gembel begini?" Sejurus kemudian Feli kembali memandang cewek di depannya. Di jas almamater universitas yang digunakan cewek itu terdapat name tag 'Ria Fredella E.'

"WOI! DIEM LO RIA!"

Ria, cewek itu berhenti tertawa, dia kemudian mendekati Feli, "Heh bocah abu-abu, lo itu kalo sama yang tua yang sopan dong! Panggil pake embel-embel Kakak!"

Feli berdiri, dia melihat luka di lututnya yang terbuka lebar, rasa perih menyerangnya.

"Cuih! Nggak peduli gua!" Feli pun kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling, rasa-rasanya dia sehabis pergi jauh dan baru saja kembali pulang.

"Lagian abis darimana sih lo?" Ria itu nampak kepo yang membuat Feli menaikkan sebelah alisnya.

"Kok lo kepo banget sih? Tadi aja ngatain gua gembel," ucap Feli ketus.

"Yah, anggep aja gua bersimpati sama lo. Mumpung yang liat lo kayak gembel gini baru gua." Ria terkekeh. Ria kemudian mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang dia bawa.

"Nih sweater buat lo, pake! Lepas ntuh jas almet lo," Ria menyerahkan sweater berwarna kuning kunyit yang jelas Feli tak terlalu menyukai warnanya.

Sembari memakai sweater itu, kening Feli berkerut tanda dia tengah berpikir keras, "Kok bisa ya seragam gua kusut begini, terus sepatu gua juga ada lumpur kering campur rumput begini,"

"Mungkin lo abis jadi si Bolang dadakan. Ya lagian masa lo nggak sadar sama kondisi diri lo sendiri? Lutut lo luka betewe," Ria menunjuk lutut Feli yang terluka.

"Iya anjir!" Feli kembali duduk di atas rerumputan.

"ASTGFIRULLAH FELI!" tiba-tiba Lusi datang menghampiri Feli bersama Mona dan Moni.

"Lo kenapa? Kok kayak gembel gini sih?" Lusi menatap Feli dari atas sampai bawah.

"Ya mana tau! Gua mah tadi cuma selpi-selpi ama nih patung gede, terus gua tetiba jadi orang linglung tau nggak?" balas Feli.

"Gua tahu, pasti lo nggak salam dulu pas mau selpi, terus penunggu nih patung gede nggak suka sama lo!" tuduh Mona.

"Ehm," Ria berdehem, "temen lo udah pada disini. Kalo gitu gua kesana ye? Babay!" Pamit Ria pada Feli.

Setelah kepergian Ria, Lusi dan si kembar jongkok mengitari Feli dengan Lusi yang mulai mengobati luka Feli.

"Siapa tuh embak-embak?"

Feli mengendikkan bahunya acuh, "Tauk deh! Tadi dia ketawain gua kenceng banget anj- ADAWWW!" Feli meringis kala Lusi membersihkan luka Feli dengan alkohol.

Melihat luka Feli yang cukup parah. Lusi dan si kembar memutuskan untuk melapor kepada guru bahwa Feli tak bisa ikut jalan kaki ke candi-candi berikutnya. Dan pada akhirnya Feli disuruh oleh gurunya untuk tiduran di dalam bus saja selagi menunggu teman-temannya.

ILLUSION OF WATCH NECKLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang