17. Diam-diam Rindu

2.7K 489 31
                                    

Sepi, itu yang dirasakan oleh Sembara saat ini tanpa hadirnya Feli. Sembara memegang ponsel Feli sambil melamun, biasanya cewek itu saat pagi hari sibuk dengan benda kotak itu sambil rebahan tanpa mau mendengarkan perintahnya untuk jalan-jalan keliling Majapahit.

Sudah tiga hari Sembara membiarkan Balang meminjam Felinya. Secepatnya, dia akan datang membawa pulang Feli.

Tok tok tok

"Pagi sudah datang, Sembara. Masihkah kau di alam mimpi?"

Tok tok tok

Sembara segera membuka pintu kamarnya. Dia mendapati Bolang berdiri di depan pintu, tersenyum kepadanya.

Sembara menaikkan sebelah alisnya, sejujurnya sejak awal dia bertemu laki-laki tua ini dia agak curiga.

"Ada apakah kau kemari?" tanya Sembara tak ingin basa-basi.

Bolang membalas dengan senyuman, "Tak apa, aku hanya ingin kau segera membawa pulang gadis itu. Dia tak boleh berlama-lama di sana."

Sembara menaikkan sebelah alisnya, dia agak kurang mengerti dengan ucapan lelaki tua ini.

"Apa maksudmu?"

Lagi-lagi Bolang tersenyum sebelum membalas, "Sudah hampir tiba. Em, aku permisi dahulu."

Sembara tak mencegah, dia menatap kepergian Bolang dengan tanda tanya di kepalanya.

"Hampir tiba? Apa maksudnya?"

~{🕗}~

Feli menatap puas kopi buatannya yang akan dia suguhkan kepada Balang. Jarang-jarang dia mau membuatkan kopi untuk orang lain.

Feli pun membawa segelas kopi itu ke kamar Balang, dimana lelaki itu tengah tidur siang.

Feli celingak-celinguk dulu untuk melihat keadaan, dan untungnya suasana padepokan saat ini tengah sepi karena penghuninya tengah beraktivitas memalak orang di hutan.

"Balang oh Balang apakah kau tertidur? Atau mati?" Feli cekikikan sendiri. Entahlah kenapa dia seberani itu bertingkah seperti itu terhadap orang berbahaya semacam Balang.

Tok tok tok

"Cok! Bangun cok! Daripada tidur mending kerjaaa lemburrr bagai qudaaa asekk!"

Tok tok to-

Cklek

Pintu terbuka, Balang memasang wajah datar dan matanya yang tajam itu menatap tak suka Feli.

"Halo sahabat, ini gua eh maksudnya aku membuatkanmu kopi ala chef Felicia. Beuhhh dijamin enak! Nih!" Feli menyerahkan segelas kopi itu kepada Balang dengan paksa yang mau tak mau Balang langsung menerimanya.

Feli cengar-cengir dan masih berdiri di hadapan Balang.

"Apa maumu?" tanya Balang langsung. Dia tau pasti ada yang diinginkan gadis di depannya ini, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba membuatkannya kopi.

"Peka juga lo jadi cowok hehehe ..." Feli masih memasang cengirannya, "eh sambil duduk kek! Nanti gua kasi tau gua pengen apa,"

Feli langsung menggeret lengan Balang menuju kursi panjang yang tersedia di dekat kamar Balang.

Gadis ini benar-benar tak memiliki rasa takut terhadapku,

ILLUSION OF WATCH NECKLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang